Jiken ( 01 / 01 / 2016 ) Libur tahun baru adalah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Banyak orang, menghabiskan waktu berkumpul bersama keluarga dan orang – orang terdekatnya dengan mengunjungi tempat – tempat wisata atau berkumpul di rumah. Selagi masih libur, tidak ada salahnya anda mencoba untuk berburu ungker, makanan khas Blora yang eksotis.
Ungker merupakan hidangan khas Blora sejak ratusan tahun yang lalu. Ungker sendiri, adalah kepompong ulat jati yang banyak muncul di musim penghujan. Di Blora, hutan jati memenuhi empat puluh persen luas wilayah kabupaten minyak ini. Sehingga, banyak masyarakat kabupaten Blora mennggantungkan hidupnya kepada kerja – kerja di hutan dan mengelola hasil hutan, termasuk mencari ungker.
Tersembunyi di gulungan daun jati yang mengering di bawah pohon, di perlukan kecermatan dan ketelitian untuk mendapatkan ungker. Mencari ungker tidak mudah, anda harus membalik – balik daun jati yang telah lapuk. Nyamuk dan serangga- serangga hutan, tak jarang menjadi kendala dalam berburu ungker. Namun, berbagai kendala ini tidak menjadi rintangan yang berarti bagi Mbak Simbar ( 32 ) dan Mbah Sarni ( 66 ), pengumpul ungker Blora.
Mbak Simbar dan Mbah Sarni, menjual unker yang telah dikumpulkannya di jalan Blora – Cepu Kilometer 11. Berbekal alat sederhana, bakul tempat menaruh hasil pengumpulan ungker, beberapa bilah pisau dan daun jati untuk men-display ungker. Mereka berdua mengumpulkan ungker dari hutan Payaman, sebuah hutan di kecamatan Jiken Kabupaten Blora.
Menurut penuturan Mbak Simbar dan Mbah Sarmi, cara terbaik untuk menikmati hidangan ungker khas Blora adalah dengan mengolah ungker menjadi tumis ungker dan botok ungker. Tumis ungker diolah dengan paduan rempah – rempah, bawang merah dan bawang putih serta bumbu – bumbu lainnya. Sedangkan botok ungket merupakan hidangan yang terbuat dari ungker, kelapa parut dan bumbu – bumbu yang lain. Menariknya, dalam penyajiannya menu ungker kerap kali dikombinasikan dengan daun kedondong muda. Dijamin, lidah anda akan bergoyang dalam suapan pertama.
Di Blora, tidak hanya ungker yang disajikan pada musim hujan. Banyak warga di sekitar hutan – hutan di Blora menyajikan ulat jati goreng sebagai lauk sarapan. Mbah Sarni bahkan menuturkan bahwa menjual ulat jati lebih laris daripada menjual ungker. Ulat jati lebih laris karena ulat jati lebih murah daripada ungker. Untuk mendapatkan satu gelas belimbing ungker, anda harus membeli seharga dua puluh ribu rupiah. Sedangkan untuk mendapatkan ulat jati, anda hanya perlu membeli seharga lima belas ribu rupiah untuk setiap gelasnya.
Di musim penghujan, ungker menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di tepi hutan. Berburu ungker menjadi kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga. Dengan mengumpulkan bulir – bulir ungker, Mbah sarmi dapat memperoleh penghasilan ambahan sebesar sebesar seratus ribu rupiah setiap harinya. Mungkin saja, tidak hanya Mbah Sarmi yang mendapatkan berkah ini, tetapi juga ratusan keluarga yang tinggal di tepian hutan di Kabupaten Blora.
Melihat fenomena ungker ini, sebuah distro kaos di Blora membuat kaos ungker. Mungkin anda perlu mengunjungi distro kaos ungker ini ketika anda mengunjungi Blora. Eko ( 18 ), salah satu pengguna kaos ungker, menuturkan bahwa dia menggunakan kaos ungker bukan karena mengikuti trend saja, melainkan juga ada nilai – nilai filosofi di dalam ungker. Diantara filosofinya adalah ungker identik dengan rakyat kecil, menurutnya karena rakyat kecil kesulitan mendapatkan daging karena harganya yang mahal rakyat kecil menikmati ungker sebagai pengganti daging.
Selain itu ungker merupakan kepompong, maksudnya ulat jati harus bertapa dengan tidak makan dan minum supaya menjadi kupu – kupu. Proses bertapa sang ulat inilah yang kemudian menjadi kepompong ulat jati alias ungker.
Bagi anda pecinta makanan gurih atau pecinta makanan ekstrim, sajian ungker mungkin dapat menjadi salah satu pilihan kuliner anda. Disarankan, anda segera berburu ungker pada musim – musim ini, karena ungker hanya tersedia di musim penghujan. Belum lengkap perjalanan anda ke Blora jika belum menikmati kuliner ungker jati Blora.
Reporter : Kiki J ( kikijuvey@yahoo.co.id )
Fotografer : Aliph Bengkong