Kota ( 14 / 12 / 2015 ) Pernahkah anda membayangkan terjun dengan posisi terbalik dari sebuah bangunan setinggi lima belas meter ? Membayangkannya saja membuat tubuh begidik. Apalagi jika tepat dibawah kita adalah tebing yang penuh dengan bebatuan tajam. Tentu saja sensasi peningkatan adrenalinnya akan berlipat ganda. Namun, tidak demikian dengan Bagas Ardiansyah ( 16 ). Bagas melakukan latihan rapelling dengan tenang, maklum ini adalah pengalamannya yang ketiga melakukan uji coba rapelling.
Kegiatan mengisi waktu libur ala Satuan karya ( Saka ) Wanabakti Blora ini menjadi pilihan para pelajar di kota sate ini, sayangnya kesiapan fisik dan mental karap membuat nyali para calon peserta ciut. Dari puluhan yang mendaftarkan diri, hanya dua puluh lima peserta yang dapat melakukan uji coba rapelling.
Pada kesempatan ini, kegiatan rapelling diselenggarakan di jembatan Pakis. Sebuah jembatan yang menghubungkan kelurahan Bangkle dengan desa Pakis. Jembatan ini dipilih sebagai tempat uji coba rapelling karena lokasinya yang tidak jauh dari jantung kota dan ketinggiannya yang ideal. Selain itu, para peserta uji coba rapelling juga tidak khawatir dengan lalu lalang kendaraan, karena jembatan Pakis tidak terletak di jalan utama kecamatan Blora.
Dipandu oleh instruktur berpengalaman, satu demi satu peserta uji coba rapelling mencoba terjun dari bibir jembatan menuju dasar tebing. Tak jarang terdengar suara teriakan dari peserta. Teriakan takut dan lega. “ Sensasi menegangkan adalah pas kita mau terjun dan paling lega itu pas kaki kita udah menginjak tanah, pas masih melayang rasanya kaya terbang gitu “ Jelas Bagas.
Bagas yang saat ini sedang menempuh pendidikan di SMK 1 Blora ini menuturkan bahwa kegiatan ini sudah tiga kali diikutinya. Dia menjelaskan bahwa banyak manfaat yang dia dapatkan dari pelatihan rapelling ini. Diantaranya adalah alternatif kegiatan positif waktu liburan, sebagai wahana latihan penyelamatan diri ketika sewaktu – waktu terjadi musibah dan melatih ketenangan. “ Saya merasa aman karena semua instruktur di sini adalah apara senior dari Saka Wanabakti Blora, jadi lebih akrab dan mereka professional” Jelas remaja berpostur tinggi 171 cm ini.
Salah seorang instruktur dari Saka Wanabkati, Muhammad Abdul Rokhim ( 22 ) menjelaskan bahwa rapelling ini dimaksudkan untuk mengakrabkan keluarga besar Saka Wanabakti Blora. Selain itu uji coba ini untuk menghidupkan kembali jiwa interaksi sosial di antara para remaja. Seperti banyak diketahui, perkembangan jaman, dominasi penggunaan gadget banyak membuat interaksi manusia dengan sesamanya makin berkurang. Abdul rokhim berharap, para remaja tidak terjebak dengan penggunaan gadget yang berlebihan.
Bagi anda yang ingin mencoba rapelling, dapat bergabung di grup Fb : Saka Wanabakti KPH Blora. Di grup maya tersebut para pecinta aktivitas luar ruangan berkumpul dan berbagi. Selamat mencoba rapelling. ( Alf11_Bnc )
Reporter : M. Afwan Hakim
Fotografer : Aliph Bengkong