Jakarta – Tara Adia Prawidaninggar, demikian nama lengkap Tara Adia, seniman muda berbakat kelahiran Blora, 19 September 1994.
Di usianya yang masih muda, putri penyanyi keroncong papan atas asli Blora Indra Utami Tamsir ini telah merilis tiga album. Diantaranya “Cinta Sementara” (2014), “Yang Terdalam” (2015) dan “Bahagia Menjadi Satu” (2017).
Totalitasnya dalam dunia seni, khususnya musik tak perlu diragukan lagi. Gadis ini, tercatat telah menciptakan lebih dari seratus gubahan lagu.
Tak hanya itu, lulusan Institut Kesenian Jakarta ini menguasai sejumlah instrumen musik. Terutama biola, gitar dan piano, sehingga gadis ini senang dengan julukan violinist.
Kepada Bloranews.com, Tara Adia mengaku tidak banyak mengingat tentang Blora. Kendati pun, kecintaannya pada Blora tampak dengan apresiasinya terhadap karya-karya maestro sastra dari Blora, Pramoedya Ananta Toer.
“Karya Pram yang saya suka adalah Tales From Jakarta. Saya membacanya saat pengerjaan film tentang Batavia,” ujar seniman yang ikut mengiringi penampilan Michael Buble beberapa waktu yang lalu ini.
Bagi Tara, Pramoedya adalah sastrawan besar yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Sejak balita, Tara sudah meninggalkan Blora utk ikut orangtua bekerja dan berkarya di Jakarta.
“Tidak terlalu ingat, karena hanya lahir di sana. Seingat saya Blora adalah Kota yang hangat dan damai. sayangnya sejak usia beberapa bulan saya meninggalkan blora dan ikut orangtua saya ke Jakarta,” pungkasnya.
Penyunting : Jacko Priyanto