Kota ( 17 / 11 / 2015 ) Kelurahan Jetis, di jantung kota ini terletak sebuah rumah kuno. Bercat hijau dengan pelataran yang luas. Pagar pintu rumah ini telah tampak tua dimakan usia, seolah menggambarkan pemilik rumah ini yang sudah lanjut usia. Dinding depan rumah ini terdapat gambar Pramoedya Ananta Toer, dengan tulisan “Bacalah ! Bukan Bakarlah… !! di masa lalu, Pram, panggilan akrab Pramoedya, menghabiskan masa kanak – kanak di rumah ini.
Adalah Soesilo Toer, anak – anak muda biasa memanggilnya Pak Sus, yang menjadi penghuni rumah ini. Anak ketujuh dari sembilan bersaudara Toer ini menikmati masa senjanya dengan beragam aktivitas, menurutnya, selagi masih hidup harus menikmati kesenangan dunia. Jangan kaget jika anda bertanya tentang kegemaran lulusan People’s Friendship University of Russia ini adalah mencari kenikmatan dunia. Bisa jadi, hoby yang multi – makna ini menjawab kehidupannya di masa muda. Nama belakang Toer mengandung makna yang menurut Pak Soes berarti, Tansah Ora Enak Rasane ( selalu menderita ).
Pak Soes lahir di Blora, 17 Februari 1937, dua tahun sebelum meletus perang dunia pertama. Menjalani studi di Russia ( dulu Uni Soviet ) dari tahun 1962 sampai tahun 1971. Kenangan tidak menyenangkan pada masa lalu, dipenjara oleh pemerintah Orde Baru tidak merubah kecintaannya pada negeri ini. Pak Soes menceritakan bahwa dia dan para muda di masanya berjuang merebut kemerdekaan tanpa mengharap imbal jasa apapun. “Kalau tentara sekarang ‘kan dapat bayaran, kami dulu berjuang tanpa mengharapkan imbalan apapun” Kenangnya. Seperti perang dan perjudian, Menurut Pak Sus, hidup adalah kepastian menang atau kalah. “ Tapi, saya banyak kalahnya” ujarnya merendah.
Tokoh lintas jaman ini, tetap produktif menulis di usia senjanya. Karya – karya ayah dari Benee Santoso ini antara lain, Republik Jalan Ketiga, Pram dari dalam, Pram dalam Kelambu dan masih banyak lagi. Bagi Pak Sus, Pram adalah abang, mentor dan inspirasinya.
Saat ini, Pak Sus lebih banyak tinggal di rumahnya, Jalan Sumbawa No. 40 Kelurahan Jetis, Blora. Di rumah ini juga, Pak Sus mendirikan perpustakaan PATABA, akronim dari Prmoedya Ananta Toer anak semua bangsa. Selain sibuk di PATABA, Pak Soes sesekali juga menghadiri undangan sebagai pembicara di berbagai seminar dan forum – forum diskusi.
Setiap tahunnya PATABA menyelenggarakan kompetisi menulis untuk para pelajar. Selain untuk memancing minat menulis bagi para pelajar, kompetisi tahunan itu juga mengenalkan bahwa kabupaten Blora memiliki tokoh – tokoh penulis yang berkelas. Seperti kata Sang Maestro sendiri, Pram, Bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. (*)
REPORTER : SAHAL MA’MUR
Fotografer : Alip Bengkong