fbpx

SENTANI DISKUSIKAN PERSOALAN PUPUK BERSUBSIDI DI BLORA

SENTANI DISKUSIKAN PERSOALAN PUPUK BERSUBSIDI DI BLORA
Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Sedulur Relawan Tani (Sentani) Blora bersama anggota Kelompok Tani, Pemerhati pertanian berkumpul berdiskusi terkait pupuk bersubsidi di kabupaten Blora. Minggu (14/02).

Blora- Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Sedulur Relawan Tani (Sentani) Blora bersama anggota Kelompok Tani, Pemerhati pertanian berkumpul berdiskusi terkait pupuk bersubsidi di kabupaten Blora. Minggu (14/02).

 

SENTANI DISKUSIKAN PERSOALAN PUPUK BERSUBSIDI DI BLORA
Sedulur Relawan Tani (Sentani) Blora bersama anggota Kelompok Tani.

 

Kegiatan yang berlangsung di salah satu masyarakat Kecamatan Jati tersebut mengupas permasalahan terkait distribusi pupuk,harga pupuk diatas HET, Inthil-inthil,serta minimnya sosialisasi terkait kartu tani.

Koordinator Sentani Blora, Exi Agus Wijaya mengaku kegiatan diskusi atau rembug bersama para petani di Kecamatan Jati adalah sebagai wadah untuk mencari solusi permasalahan yang ada di wilayahnya seperti halnya apa itu RDKK, dan banyaknya petani yang belum mempunyai kartu tani.

“RDKK apa, para petani sudah paham dengan RDKK belum, banyak yang paham apa itu RDKK. Termasuk juga masih banyak petani yang belum memiliki kartu tani,” terangnya.

Exi menambahkan, ketidaktahuan petani akan hal tersebut, dia berharap untuk segera dibenahi bersama. Sehingga para petani paham dan tidak ada penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 

“Ini harus dibenahi bersama-sama, petani harus tahu apa itu RDKK, apa itu Kartu Tani serta penggunaan kartu tani, kita tahu kartu tani sangat istimewa pemerintah membuat kartu tani untuk mendapatkan pupuk agar hasil pertanian melimpah, jangan diselewengkan oleh pihak pihak lain,” tugasnya.

Sebagai informasi, dalam diskusi tersebut memunculkan beberapa permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya mulai dari kuota pupuk yang diterima tidak mencukupi anggota kelompok tani, sehingga mereka harus membagi dengan anggota yang lainnya. Mulai dari satu sak pupuk bersubsidi mereka bagi dua sampai 4 orang.

Ada juga petani di Desa Bangkleyan yang baru 80 petani masuk kelompok tani dari jumlah 340 petani yang ada di sana. Muncul juga persoalan terkait lahan Petani Hutan (Petani penggarap hutan) apa bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. (Jyk)