Jati, BLORANEWS – Menanggapi kerusakan jalan antar desa yang menghubungkan desa Sambongwangan Kecamatan Randublatung menuju Desa Kepoh Kecamatan Jati, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Blora, Pujiariyanto, mengatakan jika untuk jalan tersebut sudah masuk dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2023.
“Iya, sudah kita masukkan di RKPD 2023,” ucapnya singkat, Kamis (20/10).
Sementara itu, Kepala DPUPR Blora, Sam Gautama, saat dikonfirmasi wartawan terkait anggaran perawatan jalan, pihaknya masih belum bisa menjawab secara pasti.
“Akan kita cek dulu ya, Mas,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan WhatsApp.
Diberitakan sebelumnya, jalan penghubung desa Sambongwangan Kecamatan Randublatung menuju desa Kepoh, Kecamatan Jati, Blora, kondisinya sangat memprihatinkan. Apalagi di musim penghujan seperti ini, jalan yang berstatus milik Pemkab Blora ini mirip kubangan kerbau.
Uni salah seorang warga Kepoh mengatakan, rusaknya jalan utama itu sangat mengganggu aktivitas warga menuju Randublatung maupun Jati. Pasalnya, warga harus berjibaku dengan lumpur dan licinnya jalan.
“Banyak orang yang terjatuh karena jeglongan. Ya, kecelakaan tunggal,” ujarnya.
Yang lebih memprihatinkan ketika dirinya melihat pemandangan anak sekolah saat melintasi jalan itu. Sepatu dan seragamnya harus rela kotor akibat percikan air kubangan.
“Kasihan mereka, Mas. Pengen punya jalan mulus seperti desa-desa lain,” tandas ibu 2 anak itu.
Titik kerusakan tepat berada di tengah hutan antara kedua desa. Bahkan di malam hari, jalur ini cukup menakutkan karena medannya yang sulit.
Sementara itu, Kades Kepoh Kecamatan Jati, Sulawan, saat dikonfmasi wartawan mengakui, jika jalan poros desa yang menghubungkan desanya dengan jalan utama Randublatung kondisinya rusak parah. “Sudah bertahun-tahun memang rusak, Mas,” katanya, Rabu (19/10).
Sulawan menjelaskan, sebenarnya pihaknya tidak tutup mata. Secara pribadi dirinya sudah mengupayakan tambal sulam dengan pedel.
“Beberapa kali secara pribadi saya belikan pedel, namun selalu habis karena volumenya juga terlalu panjang. Hanya yang terlihat parah yang kita urug,” jelasnya.
Bahkan dana sharing dari Perhutani sebesar Rp18 juta juga dialokasikan ke jalan poros yang rusak.
“Itu tepatnya sebelum lebaran kemarin, Mas,” ucap kades. (han)