Kemiri (26.06.2016) Beragama adalah menjalankan nilai-nilai moral keagamaan sehingga menjadi teladan di masyarakat, kalimat tersebut merupakan salah satu wejangan Romo Siran kepada Bloranews.com. Bagi Romo Siran, implementasi moral merupakan tujuan utama dari kehidupan beragama. Menurutnya, Pancasila telah memberikan pandangan hidup tentang pelaksanaan kehidupan beragama di Bumi Pancasila ini.
Romo Siran lahir di dukuh Ngrejeng desa Kemiri Kecamatan Kunduran tahun 1950. Mulanya Romo Siran adalah seorang muslim yang hidup di lingkungan yang kental dengan budaya Islam-Jawa. Sebagai pandangan hidup, Budaya Jawa tidak bisa lepas dari Romo Siran.
Pada tahun 1966, Romo Siran berpindah agama menjadi penganut Buddha. Namun, sebagai seorang Jawa tetap saja Romo Siran menjalankan banyak ajaran luhur masyarakat Jawa sampai saat ini.
“Nanging gandheng urip ning Jawa, piro-piro wewarah wong Jawa kudu diugemi. Liyane mengeti Waisak ing dina purnama sidi, awak dewe kudu mengeti tanggal siji suro lan pengetan-pengetan liyane. Iku wis dadi tradhisi, mulo perlu dilestarekno.(terjemahan:akan tetapi kita tetaplah orang Jawa, ajaran-ajaran leluhur kita harus diperhaitikan dengan sungguh-sungguh. Selain memperingati hari raya Waisak pada bulan purnama(di bulan Mei), kita sebagai orang Jawa juga memperingati hari satu sura (tahun baru Jawa) dan peringatan-peringatan lainnya. Itu semua telah menjadi tradisi dan kita harus melestarikan ajaran-ajaran itu)”tutur Romo Siran dalam bahasa Jawa.
Sebagai penganut ajaran Buddha, Romo Siran telah mengikuti berbagai kegiatan pendalaman agama di beberapa pusat pendalaman agama Buddha di Jawa Tengah. Dua diantaranya adalah di Candi Mendut dan Vihara Tanah Putih di Semarang.
Sekalipun pernah mendapatkan perlawanan keras dari beberapa oknum di awal kiprahnya, keteguhan Romo Siran tidaklah goyah. Romo Siran berpendapat bahwa Pancasila sebagai dasar negara telah memberikan jaminan atas kebebasan warga negara untuk menganut agama yang diyakininya, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan selagi bangsa Indonesia masih memegang teguh pusaka bangsa Indonesia itu.
Reporter : Joko Priyanto Lr.
Foto : Az Zulfa