Merombak Citra Kabupaten Miskin
Lebih lanjut, Arief mengatakan, dalam tiga setengah tahun belakangan, pihaknya terus berupaya merombak citra Blora yang dikenal sebagai kabupaten miskin. Langkah konkret yang telah dilakukan pemerintah adalah pemerataan infrastruktur dan mendorong tumbuhnya potensi ekonomi lokal.
“Pembangunan di Blora Selatan masih tertinggal dibandingkan dengan kawasan Blora lainnya. Kita juga mengupayakan adanya jalan tembus Blora-Randublatung-Ngawi, dan jembatan lintas provinsi Bengawan Solo,” imbuhnya.
Terkait potensi ekonomi lokal, Arief mengungkap berbagai kekayaan potensi pertanian hortikultura dan kerajinan kayu jati yang ada di Blora. Menurutnya, potensi ini memiliki prospek yang menjanjikan dan diminati para konsumen lokal maupun luar daerah.
“Sebut saja, kita punya sentra buah Sawo di Bangowan (Jiken) dan Jeruk di Tanggel (Randublatung). Kerajinan kita juga banyak diminati. Tugas njenengan sebagai milenial adalah ikut mengenalkan potensi ini melalui media sosial,” pesan Arief di akhir paparannya.
Menanggapi hal ini, Ketua Impara UIN Walisongo Semarang, Mufid Yusuf mengaku tertantang dengan ajakan Wabup Arief. Dalam waktu dekat, para mahasiswa ini akan segera menggelar rapat kerja dan mencanangkan untuk berkolaborasi dengan Pemkab Blora pada beberapa program.
“Akan kita tindaklanjuti. Utamanya, tentang pengentasan kemiskinan. Namun yang pertama kami lakukan adalah menyatukan barisan di internal kita dulu. Selanjutnya, berkolaborasi dengan Pemkab,” kata Mufid. (jay)