fbpx

RINTIS ARSIP SEJAK 2004, KOLEKTIF HYSTERIA WUJUDKAN DUA BUKU

Komunitas Kolektif Histeria menggelar talkshow keliling Komplikasi Zine Jalan Terus, Tumbuh Bersama edisi 1-99 (terbit: 2021) dan Kota yang Tak Pernah Histeris (terbit: 2020). Talkshow bertajuk Lawatan Jalan Terus dan Zine Talk digelar pada hari Jum’at (27/5) malam di Kedai Wilis.
Talkshow Lawatan Jalan Terus dan Zine Talk di Kedai Wilis Blora.

Blora, BLORANEWS – Komunitas Kolektif Histeria menggelar talkshow keliling Komplikasi Zine Jalan Terus, Tumbuh Bersama edisi 1-99 (terbit: 2021) dan Kota yang Tak Pernah Histeris (terbit: 2020). Talkshow bertajuk Lawatan Jalan Terus dan Zine Talk digelar pada hari Jum’at (27/5) malam di Kedai Wilis.

CEO Kolektif Histeris, Akhmad Andin Khoirudin membeberkan, talkshow keliling ini merupakan bentuk promosi gagasan dari dua buku. Berisi arsip hysteria sejak tahun 2004 yang rutin dilakukan mingguan, bahkan bulanan.

“Sebenarnya buku ini menjelaskan tentang konsistensi yang dilakukan oleh kelompok kolektif hysteria. Untuk menjunjukkan bahwa masih ada orang ekstrim yang melakukan hal seperti ini,” beber Adin yang juga Ketua Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Jawa Tengah.

Ratusan orang terlibat dalam buku tersebut. Seluruh pulau di Indonesia rata-rata ada di dalamnya. Ada Martin Surya Jaya di Jogja, Mansur di Makasar dan lainnya. Arsip yang dikumpulkan terlalu banyak kompleks dan ragam. Ragam ide, isu, gagasan hingga aktivitas disiplin ilmu. Pria asal Rembang ini menjelaskan, buku itu bukan tulisan satu orang, tapi tulisan dari zine.

“Untuk Blora ini sangat positif dan responsive, semua interaktif. Saya lebih tahu konteks Blora secara umum. Spirit yang kami bagikan diharapkan bisa memberikan inspirasi bagi teman-teman yang berada di dunia kolektifitas. Kami rasa penting menyuarakan gagasan yang telah diusung,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora Kunto Aji melalui Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Blora, Isti Nuratri sangat mendukung dengan gerakan dari kolektif hysteria.

“Ini bagus sekali. Ia memperkenalkan hysteria merupakan startup tersendiri bagi ekonomi kreatif di Kabupaten Blora. Artinya Komite Ekraf bisa bercermin di situ. Kegiatan-kegiatan pariwisata dan ekraf harus bergandengan erat untuk menumbuhkan perekonomian Blora,” terangnya.

Ia berharap, pelaku kreatif bisa lebih maju tanpa mengandalkan dana pemerintah. Menyoal KEK Blora, pihaknya belum memiliki plaining yang jelas. Karena masih baru dan perlu ada pembahasan mana yang menjadi prioritas.

“Plaining belum ada. Langkah pertama identifikasi dulu, tidak bisa langsung. Perlu identifikasi, maunya gimana, prioritas mana yang kita garap, jadi tidak asal garap,” jelas Kabid Isti saat diwawancara usai talkshow.

Sebagai informasi, Komunitas Kolektif Histeria bermarkas di Semarang. Talkshow diselenggarakan di Blora merupakan kedua setelah Rembang. Talkshow keliling direncanakan di pulau Jawa. Sudah ada sekitar 18 kota/kabupaten yang sudah terjadwal.

Buku Kota yang Tak Pernah Histeris (2020, zine edisi 100, 1654 halaman). Kemudian buku Jalan Terus, Tumbuh Bersama Kota (2021, kompilasi zine Hysteria edisi 1-99, 2.124 halaman). (Jam)