Blora – Puluhan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sunan Pojok Blora merayakan Harlah kedelapan, Sabtu (17/03).
Salah satu kegiatan yang digelar untuk agenda ini adalah ziarah ke makam Sunan Pojok di kompleks Gedong Ageng Blora.
Ketua PMII Komisariat Sunan Pojok Blora, Alfian Efendi memaparkan sejumlah agenda yang digelar dalam perayaan harlah tahun ini.
“Ada tiga kegiatan penting yang kita laksanakan. Diantaranya ziarah ke Makam Sunan Pojok, pentas Teater Aji Pojok, dan sarasehan Bedah Sejarah PMII Sunan Pojok,” paparnya.
Kegiatan religius – budaya ini diikuti seluruh kader PMII Sunan Pojok. Bagi mereka, Sunan Pojok merupakan inspirator dalam perjuangan kaum intelektual.
“Selain ziarah, dalam arti melestarikan tradisi Islam Indonesia, kegiatan ini juga mengedukasi kader. Ziarah ini bertujuan memastikan kader PMII tidak melupakan akar-nya. Semangat perlawanan Sunan Pojok dalam menghalau kekuatan kolonial menjadi inspirasi bagi kita,” lanjut Alfian bersemangat.
Kegiatan dilanjutkan dengan penampilan Teater Aji Pojok yang memainkan lakon “Kakak Paradoks”. Ditutup dengan sarasehan “Bedah Sejarah PMII Sunan Pojok dari masa ke masa”.
Hadir dalam bedah sejarah tersebut, para ketua komisariat dari lintas generasi. Masing-masing ketua dan alumni memaparkan langkah intelektual yang dilakukan untuk merespon kondisi sosial yang ada di kampus bahkan di Kabupaten Blora.
“Tradisi kritik di kita (PMII Sunan Pojok) cukup kuat. Kita merespon berbagai fenomena kampus hingga kebijakan pemerintah,” terang Abdul Malik, ketua PMII Komisariat Sunan Pojok periode 2016 – 2017.
Menurut Malik, melalui bedah sejarah ini peran gerakan mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan sosial menuju arah yang lebih baik) dan agent of social control (agen kontrol sosial / kebijakan) akan semakin kuat.
Reporter : Achmad Niam Djamil