fbpx

PRAMOEDYA, ROKOK KRETEK, DAN KESADARAN SEJARAH

Tim Indonesiana Kemendikbud RI, Heru Hidayat, dalam penutupan Festival Cerita Dari Blora, Sabtu (15/09).

Blora – Perwakilan Tim Indonesiana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Heru Hidayat,  mengaku kagum dengan kepiawaian sastrawan kelahiran Blora, Pramoedya Ananta Toer dalam menyuguhkan gagasannya.

Hal ini disampaikan Heru pada penutupan Festival Cerita Dari Blora, yang berlangsung malam ini di Alun-alun Blora. Heru mencontohkan bagaimana Pramoedya mengawali cerita, dengan mengambil fenomena sederhana sebagai prolog.

 

Tim Indonesiana Kemendikbud RI, Heru Hidayat, dalam penutupan Festival Cerita Dari Blora, Sabtu (15/09).

 

“Pram menulis Max Havelaar, sebuah buku yang membunuh colonialism. Buku ini diawali dengan cerita, ada seorang pria yang merokok di depan para pejabat Inggris Raya,” paparnya, Sabtu (15/09).

Heru melanjutkan, pria dalam cerita Pram tersebut, kemudian ditanyai oleh pejabat Inggris Raya tentang rokok apa yang dia hisap. Pria itu menjawab, rokok ini merupakan alasan bangsa barat menaklukkan dunia.

 “Pria dalam cerita itu, adalah Haji Agoes Salim, diplomat pertama Indonesia untuk Inggris Raya. Saat itu, rokok yang dihisapnya adalah rokok kretek yang didalamnya terdapat cengkih. Cengkih inilah yang mengawali cerita penjelajahan samudra bangsa barat,” lanjutnya.