Blora, BLORANEWS – Perajin keripik tempe di kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora masih terus bertahan dan bersaing secara sehat memikat pelanggan.
Keripik tempe yang dikenal gurih dan renyah itu bisa bertahan hingga beberapa hari dalam kemasan, maka tak heran jika cukup dikenal baik di dalam dan luar Kabupaten Blora. Tidak sekadar untuk cemilan keluarga tetapi juga untuk buah tangan (oleh-oleh khas Blora) bagi kerabat, kawan dan mitra kerja.
Ketua paguyuban perajin keripik tempe Kelurahan Kedungjenar, Wanti Sulistyana menjelaskan, sejatinya jumlah perajin lebih kurang ada 45, tetapi yang masih aktif saat ini tinggal sekitar 20 perajin dengan aneka nama kemasan produk.
Sebagian perajin, tambahnya, memilih berinovasi tidak hanya membuat keripik tempe, tetapi ada yang beralih membuat kering tempe, rengginang serta memasarkan egg roll .
“Jumlah perajin lebih kurang ada 45, tetapi yang masih aktif saat ini tinggal sekitar 20 perajin, sebagian berinovasi dengan produk olahan lainnya, seperti saya membuat kering tempe, rasanya pedas, manis, gurih. Saya beri Makan Janji, saya juga mempromosikan melalui instagram,” jelasnya, di Blora, Kamis (25/5/2023).
Pasca pandemi Covid-19, menurut Wanti, penjualan keripik tempe berangsur pulih, meski tidak selaris sebelum pandemi Covid-19.
“Berangsur pulih, lebaran kemarin juga saya amati banyak yang laku meskipun tidak sebanyak sebelum pandemi Covod-19, pelanggan sudah mulai memesan keripik tempe. Alhamdulillah bisa menambah penghasilan keluarga,” ucapnya.
Ia mengaku, selain harga kedelai yang naik turun, kebutuhan minyak goreng kemasan dan aneka bumbu menjadi faktor penentu penjualan keripik tempe.
“Kita pakai minyak goreng kemasan, bukan curah. Itu mempengaruhi harga keripik tempe menjadi Rp8.000,00/bungkus. Sebelumnya Rp6.000,00/bungkus,” jelasnya.
Wanti pun bersyukur atas perhatian dari pemerintah kabupaten Blora yang terus mendorong dan memotivasi para perajin keripik tempe. Beberapa pegawai dinas dan kantor sering memesan keripik tempe.
“Pak Bupati Arief Rohman pernah menawarkan untuk dibuat satu bendera saja. Tetapi masing-masing perajin itu sudah punya nama. Disitu kami bersaing secara sehat,” tambahnya.
Sementara itu, Isnandar dan Solekah, pasangan suami istri, perajin keripik tempe kawakan yang diberi nama Mawar Mekar mengaku bersyukur produk yang dibuatnya masih laku dan diminati pembeli.
“Saya ini memproduksi dan menjual keripik sudah 38 tahun bersama istri saya. Anak saya tiga, sudah berkeluarga semua. Dari hasil penjualan keripik ini, saya bersyukur bisa menguliahkan anak hingga tamat sarjana,” ungkap dia.
Kini, di usia paruh baya, dirinya bersama istri tinggal berdua di rumah sambil terus memproduksi keripik tempe di antara sejumlah warga pembuat keripik tempe lainnya di Kelurahan Kedungjenar. Pemesan bisa datang langsung atau menghubungi melalui telepon.
“Sekarang sudah mulai laku terjual lagi. Jadi perlahan-lahan bangkit kembali ekonomi rumah tangga kami,” kata dia.
Kepala Kelurahan Kedungjenar Suntarsih mengatakan keripik tempe di wilayahnya telah menjadi ikon Kabupaten Blora sebagai sentra oleh-oleh khas Blora, tepatnya di jalan Barito Kelurahan Kedungjenar Kecamatan Blora.
“Tentu saja kami terus mendorong dan membantu, membeli serta mempromosikan melalui media sosial, sehingga harapannya dalam perekonomian masyarakat membawa dampak positif pada pengembangan ekonomi,” ujarnya. (Dinkominfo Blora).