Untuk waktu yang cukup lama, lengang keadaan di dalam dan di sekitar pendopo Kabupaten menunggu kedatangan seorang Bupati baru.
Namun hari itu, tanggal 10 Desember 1939, pagi-pagi sekali, kesibukan begitu luar biasa, sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Bupati Blora yang baru, bernama Radhen Murdjono Djojodigo.
Lima hari sebelumnya, di pendopo Kabupaten Grobogan-Purwodadi, Bupati Grobogan dalam pidato penganugrahan gelar Adipati, tampak dengan bahagia berkata dengan Patihnya :
“Kangmas Patih, Sekelangkung bingah lan sukur kulo dene Kangmas Patih, awit saking namanipun poro priyantun lan poro kawulo Kabupaten Grobogan, sampun ngaturaken pamuji ing kasugengan kulo lan Raden Ayu, anggen kulo sampun nampi pisungsung sasebutan Adipati, lan kulo sakaliyan sakalangkung ing tarimo kasih.Nugroho sasebutaning asmo wau ingkang awit saking Kangjeng Pamerentah Agung ingkang lumantar K. T. Resident ing Semarang, sampun kawedaraken lan ingestrenan poro prajagung luhur lan poro priyantun projo lan sanesipun wonten ing pahargiyan dinten puniko lan kulo basakaken papasihaning Pengeran ingkang tumrap kulo sakaliyan, ingkang awit ugi saking Ialabet kawekelan katemenaning poro priyantun sadojo ingkang sami runtut arukun anindakaken kewajiban karyaning projo. Tondo yektinipun yen kawekelan lan katemenanipun poro priyantun ing Kabupaten Grobogan kapirsan dening Kangjeng Pamerentah, kajawi kulo sampun nampi pisungsung sesebutan Adipati, makaten ugi Kangmas Patih sapuniko nampi kanugrahan tetep Bopati ing Blora. Sakalangkung suko lan sukur kulo dene Kangmas Patih sapuniko sampun jumeneng Bopati. Kajawi ingkang sampun kulo wedaraken kulo tansah memuji lestantunipun poro priyantun sanesipun enggenipun angayahi kuwajiban kulo kanti pambiyantu kawekelan lan katemenan anglangkungi kadidene ingkang sampun-sampun, ingkang tumujunipun mamrih dateng gemah ripahing projo lan raharjaning kawulo Kabupaten Grobogan ingkang salajengipun nyrambahi dateng mulyaning Nagari.”
Kata-kata dalam pidata ini sekaligus menjadi berita yang membanggakan hati bagi R. Murdjono, bahwa ia telah diangkat menjadi seorang Bupati Blora.
Kembali ke Pendopo Kabupaten Blora, setelah semua berkumpul di kabupaten untuk menyambut pemimpin baru, sekitar pukul 9.30, setelah prosesi basuhan kaki terjadi di pintu masuk, tampak Bupati dan Radhen Aju berjalan pelan melalui Patih diiringi suara gamelan “Manggung” mengarah ke pondopo Kabupaten.
Bahwa Bupati baru ini tidak hanya dicintai di posisi semula sebagai Patih di Grobogan, tetapi juga cukup terkenal di Blora, sehingga lebih seperti arak-arakan karnaval dari para pendukung yang mengiringnya menuju Blora. Tampak lebih dari 30 mobil dan bis mengarak Bupati baru dalam perjalanannya dari Purwodadi menuju ke Blora.
Setelah Bupati dan Raden Ayu duduk di kursinya, sang Patih menyampaikan sambutan selamat datang dari Blora;
” Adalah anugerah dan sebuah kehormatan bagi Anda, kami menyambut anda atas nama pejabat praja dan seluruh warga Kabupaten Blora.
Segala yang ada di Kabupaten Blora mungkin tidak dapat Anda ketahui secara utuh, tetapi seluruhnya dapat Anda pakai dalam menjalani tugas untuk memakmurkannya. Ada pepatah Eropa, “Tidak ada yang baru di bawah matahari “, orang mungkin berpikir bahwa tidak ada hal baru di Kabupaten ini.
Namun sudah menjadi kenyataan bahwa Anda sebentar lagi akan mengambil alih kepemimpinan itu, harapan kami adalah kenangan menyenangkan yang akan tinggal di dalam sanubari, dan akan ada suatu berita yang terkenang tentang kabupaten Blora.
Selaras dengan itu, yang dapat saya sampaikan adalah, sama seperti pujangga Eropa Lapidoth-Swarth dalam sebuah karya “Selalu Baru”, tentang sebuah taman indah penuh mawar di gurun pasir. Begitupun juga di Kabupaten ini, selalu akan ada sesuatu yang baru.
Dalam pemenuhan jabatan Anda, tentu saja membutuhkan adanya kerja sama, dan saya hampir tidak perlu mengatakan, bahwa anda bisa mengandalkan kami setiap saat.
Sebagai seorang lelaki bersifat yang kesatria, kita berpegang teguh pada laku Bima, murid Dewaruci :
Sakarenteg ing tiyas sayekti
Apa sineja ana
Kang cinipta rawuh
Wis kawengku ing sira
Ing sajagad jer sira ingkang kinardi
Gegenti dan asagah
Bapak Bupati, selamat datang di tengah-tengah kita.
Semoga nantinya selalu mendapat kesentosaan, kesehatan dan keteguhan yang baik dalam menjalankan tugas, dan semoga jabatan ini menjadi berkah bagi yang Anda sendiri dan kami sekalian.
Bupati mengucapkan terima kasih kepada Patih untuk kata-kata sambutan dan harapan itu, dan mengatakan bahwa, dengan izin Yang Maha Esa, tugas dan kewajiban yang dipercayakan kepadanya oleh pemerintah akan dilalui dengan segenap kemampuannya.
Juga berterima kasih kepada semua orang yang menyambutnya dengan cara yang sangat ramah. Terutama para tamu dari perbatasan antara Blora dan Purwodadi dekat Ngaringan, adalah wedono Ngawen dan asisten wedono Ngawen di Todanan yang paling jauh, ditemani sekitar 50 lurah, yang mengiringi perjalanannya dari Ngaringan hingga ke Blora.
Setelah pidato Bupati, mereka diberi kesempatan untuk bertemu Bupati, setelah itu juga Asisten Resident Blora dan Madam Pieters tiba menyambut Bupati baru dan Raden Aju.
Orang-orang tetap berada di pendopo Blora yang sejuk dan menyenangkan, minuman diedarkan sampai tiba waktunya untuk prasmanan, setelah itu para tamu dengan enggan meninggalkan kota tempat penyambutan ini.
Kabupaten Blora telah memiliki Bupati baru. Dari seorang yang dulu hanya terlihat meninggalkan kabupaten ini, hingga menjadi seseorang yang seluruh warga Blora menjadi sangat ramah padanya.
Seperti diketahui, R. Moerjono Djojodigdo, merupakan Patih dari Purwodadi-Grobogan yang ditunjuk menjadi Bupati Blora. Setelah sekolah dasar Europa dilewatinya, tahun 1912 dia dimasukkan ke dalam pemerintahan sebagai asisten sekretaris di kantor Bupati Tuban.
Karier selanjutnya dapat secara singkat dinyatakan sebagai berikut; Februari 1912 sekretaris wedono Bowerno-Bojonegoro. Agustus 1912 mantri kabupaten Tuban; Juli 1914 kandidat pejabat pribumi yang bertanggung jawab atas posisi yang disebutkan di atas. Januari 1915 mantri polisi Cepu-Panolan; Juni 1917, Wakil Djaksa Bojonegoro; Maret 1919 asisten wedono Dander; September 1919 ditunjuk untuk studi di sekolah pemerintahan di Batavia, setelah itu diangkat kembali pada bulan September 1921 sebagai asisten wedono di Montong-Tuban; Agustus 1925, wedono Ngumpak-Kalitidu; Februari 1927 wedono di Panolan-Cepu; Maret 1931, Patih Grobogan-Purwodadi. 2 Desember 1939 Bupati Blora.
Tentang penulis: Totok Supriyanto adalah pemerhati sejarah dan budaya
*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com