Sendanggayam ( 06/04/2016 ) Pangeran Langlang Yudho merupakan salah satu sesepuh Kecamatan Banjarejo secara umum. Lahir di lingkungan pribumi Banjarejo membuat Sang Pangeran tidak lagi berjarak dengan rakyat jelata. Pengabdian sang pangeran bagi masyarakat Banjarejo adalah menjadi Kepala Desa Banjarejo sampai akhir hayatnya. Pada Pemerintahannya, sang pangeran berhasil menumpas gerombolan – gerombolan perampok yang meresahkan desa Banjarejo. Tak heran, sang pangeran dikenal sebagai kepala desa penumpas perampok.
Bloranews.com mengunjungi salah satu ahli waris dari Pangeran Langlang Yudho. Mbah Sri Siswati ( 65 ) merupakan penghuni ke – sebelas kediaman Pangeran Langlang Yudho di desa Sendanggayam Kecamatan Banjarejo. Bersama dengan anak dan cucunya, Mbah Sri merawat kediaman sang pangeran bersama dengan peninggalan – peninggalan lainnya. Oleh Mbah Sri, Bloranews.com disarankan mengunjungi Mbah Sujak Bangkuk untuk mengetahui kisah perjuangan Pangeran Langlang Yudho. Berikut ini adalah penuturan Mbah Sujak Bangkuk tentang sejarah sang pangeran.
Pangeran Langlang Yudho lahir di dukuh Pojok, desa Buluroto Kecamatan Banjarejo. Sang pangeran memiliki nama kecil Jaka Sleder. Pangeran Langlang Yudho merupakan cucu dari bupati Tuban yang bernama Wilatikta. Ayah Pangeran Langlang Yudho bernama Pangeran Surabahu, Putra Bupati Tuban Wilatikta. Sedangkan ibu sang pangeran adalah janda dari dukuh Pojok desa Buluroto.
Menjelang dewasa sesuai dengan tradisi kebangsawanan yang berlaku saat itu, Pangeran Langlang Yudho dikirim ke Jogjakarta untuk belajar. Sepulang dari Jogjakarta, pangeran Langlang Yudho mendapatkan julukan Rayung Sukmo, Sosro Kusumo dan Cakra Kusumo. Ketiga julukan tersebut tertulis pada pakem Sendanggayam.
Menurut Mbah Sujak ( 80 ) menjelang pemerintahan Pangeran Langlang Yudho di desa Banjarejo, terdapat tiga desa yang rawan terjadi perampokan. Desa – desa tersebut antara lain Banjarejo, Mojowetan dan Kalirejo. Pada awal kepemimpinan Pangeran Langlang Yudho, dua kepala desa lainnya, Mojowetan dan Kalirejo berkali – kali telah berusaha menumpas perampok – perampok tersebut. Sayangnya, usaha mereka berdua tak kunjung membuahkan hasil. Sampai dalam sebuah kesempatan, Pangeran Langlang Yudho mengajak para kepala desa di sekitar Banjarejo untuk bersama – sama menumpas gerombolan perampok yang meresahkan masyarakat tersebut. Hasilnya, gerombolan – gerombolan perampok tersebut berhasil diusir, beberapa dari gerombolan perampok tersebut harus meregang nyawa di tangan sang Pangeran.
Tidak banyak peninggalan Pangeran Langlang Yudho yang tersisa saat ini. Sebuah rumah khas Blora yang terletak tidak jauh dari Kantor Kepala Desa Sendanggayam merupakan salah satu peninggalan yang tersisa. Rumah ini digunakan oleh para kepala desa Banjarejo sebagai rumah tingga. Mbah Sri Siswati merupakan penghuni rumah peninggalan sang pangeran saat ini.
Kepada Bloranews.com Mbah Sri menuturkan nama – nama penghuni rumah peninggalan sang pangeran tersebut.
- Mbah Buyut Langlang Yudho
- Mbah Coyudho
- Mbah Trunoyudho
- ( Mbah Sri kesulitan mengingat penghuni keempat )
- Mbah Trunodirjo
- Mbah Prawirodiharjo
- Bapak Suwignyo
- Bapak Sugiharto
- Bapak Tarko
- Ibu Yami
Tradisi yang berlaku sebagai penghuni rumah bersejarah tersebut adalah, selain merawat rumah ( merenovasi jika terdapat bagunan yang rusak karena kayu yang telah lapuk ) juga harus menjaga peninggalan sang pangeran berupa sebuah kentongan kayu yang berukuran panjang kerang lebih satu setengah meter.
Pangeran Langlang Yudho dimakamkan di sebuah pemakaman umum, tidak jauh dari Kantor Kecamatan Banjarejo. Para sesepuh Banjarejo menyarankan kepada peziarah untuk membawa kembang telon ( bunga tiga jenis ) ditambah dengan kembang gading ( bunga kanthil ). Tradisi yang berlaku di Banjarejo dalam hal ini adalah para pejabat pemerintah yang baru bertugas di Wilayah Kecamatan Banjarejo akan berziarah ke makam sang pangeran. Selain sebagai tata krama yang berlaku, juga agar para pejabat tersebut dapat meneladani teladan kepemimpinan sang pangeran.
Reporter : S. Mudjib
Fotografer : Az Zulfa