Cepu, BLORANEWS – Acara Nglaras Jagat Ngloram yang dilakukan di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Komunitas Bumi Budaya menyelenggarakan diskusi membahas sejarah Banawa Sekar dengan cara duduk melingkar.
Ketua panitia, Totok Supriyanto memaparkan tentang rangkaian acara yang sudah dilakukan di pagi sampai sore hari untuk menginisiasi geliat kebudayaan di Situs Ngloram berupa pasar krempyeng dan Kirab Gunungan Banawa Sekar. Acara ini bertema, memasadepankan masa silam.
“Tujuan dari tema yang kita usung ini, kita mengimplementasikan sejarah dengan menginisiasi kegiatan kesenian dan kebudayaan yang berbasis kebersamaan masyarakat,” terang Totok yang juga pemerhati sejarah.
Hadir dalam kegiatan tersebut KH Basori (ketua MWC NU Kradenan), Gus Husein (Ponpes Al Muhammad Cepu), Mbah Asep (Kades Mojorembun), Stakeholder Desa Ngloram serta sepuh pinisepuh dari sekitar Ngloram. Badan Kerjasama PI Blok Cepu (BKS) juga mensupport kegiatan ini.
“Banawa merupakan acara budaya yang sudah dilakukan oleh Maiyah di Jawa Timur, Banawa adalah kapal, sekar adalah bunga. Sehingga Banawa Sekar merupakan acara budaya yang sudah ada pada era Majapahit periode akhir, dengan semangat menyatunya kemajuan maritim dan kemajuan agraris,” ucap narasumber dari Maiyah Blora, Muhamad Kairudin alias Cak Rudd.
Sementara itu, narasumber dari Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Blora, Dalhar Muhammadun yang juga ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Blora menjelaskan, pemajuan obyek kebudayaan merupakan sebuah hal yang perlu dilakukan secara bersama antara seluruh unsur yang ada di masyarakat.
“Kurangnya literasi sejarah dan budaya yang berupa kitab dan babad dapat dilengkapi dengan catatan pengetahuan tradisional, yang dimasa sekarang juga telah sulit ditemui,” terangnya.
Ketua MWC NU Kradenan, KH Basori menambahkan, pihaknya meyakini bahwa situs Ngloram merupakan situs budaya yang penting dan perlu untuk segera diperkuat dengan kegiatan-kegiatan budaya maupun kegiatan ekonomi.
“Melalui kegiatan-kegiatan kebudayan yang nantinya bisa mengantarkan untuk dijadikan Situs yang bernafas wisata Religi, dengan seorang tokoh bernama Sunan Ngudung, ayah Sunan Kudus,” imbuhnya. (jam)