Blora (12.07.2016) Moekarto Notowidigdo, sebuah nama yang mungkin asing bagi sebagian besar masyarakat Blora. Maklum saja, tidak banyak peninggalan Menteri Luar Negeri pada Kabinet Wilopo itu di Kota Sate.
Sekalipun demikian, putra Blora ini menggoreskan catatan penting dalam sejarah Indonesia, setidaknya sepanjang satu dekade (1945-1955). Salah satu fakta terselubung tentang tokoh Blora ini adalah keterlibatannya dalam penjualan opium untuk mendanai diplomasi Indonesia.
Moekarto Notowidigdo lahir di Blora, 1 November 1910. Tidak banyak catatan tentang keluarga tokoh Blora penerima anugerah Bintang Pahlawan Gerilya I dan II ini. Masa mudanya, dihabiskan dengan berjuang dalam organisasi yang ia dirikan, Serikat Rakyat Indonesia (Serindo). Tidak lama kemudian, Serindo bersama dengan organisasi lainnya bergabung dengan Partai Indonesia.
Salah satu catatan penting yang menjelaskan keterlibatan putra Blora ini dalam penjualan opium adalah buku The Indonesian Revolution and The Singapore Connection 1945-1949 karya Yong Mun Cheong, pengkaji sejarah dari National University of Singapore.
Dalam bukunya Yong menceritakan tentang Moekarto yang saat itu bertugas sebagai Kepala Perdagangan Asia Tenggara menjual opium kepada para pengepul opium (berkedok pedagang gula) di Singapura. Peristiwa ini terjadi sepanjang bulan Mei tahun 1948.
Hal ini dilakukan para pengampu kebijakan nasional kala itu karena Belanda memblokade perdagangan nasional, sehingga aktivitas ekspor-impor mati total. Blokade ini adalah akibat dari ditanda-tanganinya perjanjian Renville yang isinya Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Jogjakarta dan Sumatra sebagai wilayah Republik Indonesia. Selain ketiga wilayah tersebut, dilakukan pendudukan oleh pasukan Belanda.
Kegiatan penjualan opium yang dipimpin oleh Moekarto ini terbongkar saat melakukan Agresi Militer II, tanggal 19 Desember 1948. Jenderal Van Mook, tokoh militer Belanda memimpin penyelidikan tentang suplai dana untuk perjuangan tersebut.
Moekarto Notowidigdo tutup usia pada tanggal 25 Juni 1984 di Jakarta, putra Kota Sate ini meninggalkan seorang istri dan empat anak. Selain sebagai pejuang perintis kemerdekaan Indonesia, putra Blora ini pernah bertugas sebagai Menteri Luar Negeri pada Kabinet Wilopo dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat [.]
Editor : Sahal Mamur
Ilustrasi : Bloranews
Sumber : Aergot.wordpress.com dan berbagai sumber