Kradenan- Reruntuhan peninggalan Imperium Majapahit di Situs Lemahduwur, Desa Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora kondisinya cukup memprihatinkan. Catatan terakhir, situs ini mendapatkan perhatian pemerintah pada 1997.
Pemerhati arkeologi lokal Blora, Tim Jelajah Blora mengunjungi situs ini dan mendapati sejumlah artefak telah rusak. Diduga, kerusakan artefak tersebut karena ulah tangan jahil manusia, meski kerusakan akibat kondisi alam juga tak dapat dinafikan, Sabtu (22/12).
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Blora, Kunto Aji merespon kondisi ini dengan ringan saja. Pihaknya berjanji akan membahas rusaknya peninggalan purbakala Blora tersebut awal tahun depan.
“Wuah! Luar biasa. Nanti kita koordinasikan dengan Bidang Budaya Seksi Sejarah dan Purbakala awal tahun baru ya. Ini (sedang) padat acara,” ujar Kunto melalui sambungan selular.
Respon datar tersebut, disayangkan koordinator Tim Jelajah Blora, Eko Arifianto. Menurutnya, penyelamatan kekayaan sumber daya budaya berupa situs sejarah dan lain-lainnya akan dapat dicapai melalui kerjasama pemerintah dan masyarakat secara serius.
“Menurut kami dari Komunitas Jelajah Blora, hal yang mesti segera dilakukan adalah berbagi pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat. Ini rasanya menjadi kunci utama, upaya penyelamatan situs bersejarah, serta benda cagar budaya di Blora,” tegas Eko Arifianto.
Dikutip dari laman resmi Pemkab Blora, blorakab.go.id, di kawasan ini pernah dilakukan penelitian pada tahun 1997 silam. Dalam penelitian tersebut ditemukan reruntuhan candi dari batu padas dan berlatar belakang agama Hindu.
Di situs ini, terdapat prasasti batu berupa tulisan singkat dan gambar dua buah matahari (bintang), mirip simbol Kerajaan Majapahit (Surya Majapahit).
Tim Balai Arkeologi Yogyakarta, Gunadi Kasnowihardjo mengungkapkan, berdasarkan kajian yang telah dilakukan MM. Sukarto Kartoatmodjo (ahli epigrafi/ ilmu membaca aksara kuna), prasasti tersebut dapat dibaca Raganaya atau Ragadaya yang bermakna bimbingan cinta atau kekuatan cinta.
Apabila dikaitkan dengan sengkalan atau candra sengkala prasasti tersebut menunjukkan angka tahun 1269 Saka atau tahun 1347 Masehi. (hud)