Blora- Ketika Indonesia tengah berada dalam masa revolusi fisik 1945, segenap putera bangsa terjun ke gelanggang perjuangan. Di Blora, seorang tokoh Tionghoa yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang toko kelontong ikut serta dalam perjuangan itu. Tokoh ini bernama Lie Tiong Pik, Jumat (17/01).
Berdasarkan catatan Sam Setyautama dalam bukunya Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa (2008), untuk menghormati perjuangan Lie Tiong Pik yang berpulang pada 19 Maret 1965, sepuluh ribu pelayat mengantarkannya ke peristirahatan terakhir.
“Pada 22 Maret 1965, lebih dari sepuluh ribu orang menghadiri pemakamannya. Peti matinya ditutup dengan bendera Merah Putih, dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Blora, Jawa Tengah,” tulis Sam dalam bukunya.
Dalam buku tersebut dipaparkan, Lie Tiong Pik lahir di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada 1888. Pekerjaannya adalah pedagang warung kecil, dan berjiwa anti kolonial sejak usia muda. Akibatnya, kerap kali tokoh Tionghoa ini mendapatkan hukuman dari Belanda.
“Pada 1926 ia ditangkap Belanda dan dipenjara di Blora, Jawa Tengah. Lima bulan kemudian, ia dibuang ke Boven Digoel Papua. Tahun 1931 ia dilepas, kembali ke Cepu dan meneruskan pergerakan anti Belanda,” papar Sam.
Jiwa nasionalis Lie Tiong Pik terus teruji tatkala nusantara dikuasai Pemerintah Jepang. Di zaman ini, Lie ikut gerakan anti Jepang. Seperti sebelumnya, tokoh Tionghoa asal Blora ini juga ditangkap dan dipenjara di Semarang selama lebih dari 3 bulan, sementara harta bendanya habis dirampok.
“Sesudah keluar penjara, ia ikut gerakan Kemerdekaan Indonesia. Pada 19 Maret 1965, ia meninggal dunia,” pungkas Sam. (jyk)