fbpx

MELIHAT LEBIH DEKAT PERSIAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA SMPN 1 TODANAN

MELIHAT LEBIH DEKAT PERSIAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA SMPN 1 TODANAN
SMPN 1 Todanan.

Todanan – Sebanyak 140 sekolah dilibatkan dalam pelaksanaan uji coba Pembelajaran tatap muka (PTM) di Jawa Tengah yang akan digelar pada 5 April mendatang, salah satunya SMPN 1 Todanan Kecamatan Todanan, Blora.

 

MELIHAT LEBIH DEKAT PERSIAPAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA SMPN 1 TODANAN
SMPN 1 Todanan.

 

Bidang Kurikulum SMPN 1 Todanan, Yeni Kurniawati menjelaskan, tidak ada persiapan khusus pada PTM besok, pasalnya sekolahnya sudah menjadi pilot project pada tahap semester pertama.

“Kami sudah pernah melakukannya, jadi kami sudah siap. Karena dulu di tahap satu/semester gasal kami sudah melakukannya,” ucap Yeni, Kamis (25/03).

Dirinya menjelaskan beberapa ketentuan yang dipedomani atau Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan di sekolahnya. Diantaranya ceklis dari Dinas Pendidikan tentang sarana dan prasana meliputi sanitasi cuci tangan di setiap depan ruang kelas, hand sanitizer, rasio toilet atau kamar mandi tidak boleh berkerumun/antre, thermogun minimal 3, dan masker.

“Kami menyiapkan masker bagi siswa yang tidak bawa/pakai masker dari rumah. Kami juga menyiapkan hand sanitizer untuk dibawa ke ruang kelas. Siswa masuk sudah cuci tangan di depan, kalau siswa terpaksa memakai penghapus kan bergantian harus disemprot hand sanitizer atau cuci tangan,” terangnya.

Selanjutnya, surat izin dari komite sekolah terkait PTM. Jika komite sudah mengizinkan, para siswa akan diberi surat pemberitahuan yang harus ditandatangani orang tua. Pihaknya juga berkoodinasi dengan puskesmas untuk mengetahui tempat tinggal siswa, masuk kategori aman atau zona merah.

“Komite kami ajak melihat keliling sekolah untuk memastikan bahwa kami siap melakukan tatap muka dengan sarana dan prasarana serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Kemudian, siswa harus minta tanda tangan kepada orang tua untuk memberikan izin dan ada beberapa yang tidak memberi izin dengan alasan anaknya takut tertular. Jika tempat tinggal siswa di lingkungan zona merah, kami pending dulu sampai dua minggu,” jelasnya.

Kemudian, pihaknya membuat MoU dengan satgas covid-19 dan bidan desa. 

“Para guru dan karyawan terlebih dahulu dirapid test yang di tahap pertama. Sedangkan MoU dengan puskesmas, mereka harus menerima siswa kami jika sakit. Seperti sekarang, para guru divaksin di puskesmas, Kepala Sekolah (Suparno) juga ikut,” imbuhnya.

Setelah semua terpenuhi, pelaksanaan PTM dilakukan dengan membagi siswa yang masuk dua shift secara bergantian. Shift pagi dimulai pukul 07.00-09.00 WIB, sedangkan shift dua dimulai pukul 09.30 hingga 11.30 WIB dengan durasi 30 menit per mata pelajaran. Masing-masing ruangan diisi 16 siswa atau 50 persen. Di sekolah ini memiliki total 21 ruangan dari masing-masing kelas (VII-IX) mempunyai 7 ruang dengan jumlah 662 siswa serta 50 guru dan karyawan.

“Siswa masuk gerbang sudah kami pisah, cewek masuk dan keluar lewat gerbang sebelah timur dan cowok lewat gerbang satunya. Ini untuk mengantisipasi kerumunan dan sudah ada penjaga serta guru untuk memastikan para siswa pakai masker. Kantin juga belum kami perbolehkan buka, dan siswa kami anjurkan bawa bekal dari rumah. Tempat duduk siswa pun kami beri jarak, bangku sisanya kami taruh di luar ruangan. Jendela juga harus dibuka,” pungkasnya. (Jay)