Perkembangan teknologi yang semakin maju, menyajikan berbagai kemudahan bagi para penggunaannya. Salah satunya, media sosial, yang menjadi produk media berbasis daring, dimana masyarakat dapat mengakses informasi baru yang diinginkan dengan cepat ditambah dengan akses internet yang sangat memudahkan sekali bagi para penggunanya. Apalagi bagi pengunaan media sosial ditengah pandemi Covid-19.
Yuk simak, bagaimana perkembangan media sosial di masa Covid-19 ini ?
Kekuatan media sosial di tengah pandemi tidak perlu diragukan lagi, semakin banyak masyarakat Indonesia meluangkan waktu kekosongan di saat adanya ajuran pemerintah di rumah saja, mengharuskan mereka berkegiatan secara daring dan setiap harinya bersinggungan dengan dunia online. Penggunaan media sosial mengalami lonjakan yang luar biasa, dilansir dari tek.id dengan survei yang sudah dilakukan kepada lebih dari 25.000 pengguna di 30 lokasi market berbeda, pada tanggal 14 Maret hingga 24 Maret anak perusahaan Facebook secara keseluruhan mengalami peningkatan penggunaan sebanyak 40%. Jumlah itu meningkat dari 27% di awal pandemi ke angka 41% pada pertengahan fase ini. Selain itu, WhatsApp menjadi salah satu aplikasi yang memperoleh peningkatan penggunaan tinggi selama masa ini, karena orang – orang tetap berusaha untuk berhubungan satu sama lain ditengah kondisi pandemi. Tidak hanya itu, di demografi yang sama, penggunaan Facebook dan Instagram diketahui juga meningkat sebanyak lebih dari 40%. Tidak heran jika pengguna media sosial ini juga berimbas pada pemberitaan yang disampaikan mengenai Covid-19 yang tersedia diseluruh platform digital.
Maraknya pemberitaan di sejumlah media sosial terkait Covid-19 terus megalami peningkatan, perubahan yang terjadi sangat signifikan, karena banyak pihak tidak ingin tertinggal dalam memperoleh ataupun membagikan terkait Covid-19. Dengan begitu seberapa besar media sosial berpengaruh pada perilaku manusia ditengah pandemi ?
Kerap kali kita tidak sadar setiap membaca sebuah informasi mengenai virus corona atau Covid-19 kita dapat merasakan sebuah kepanikan, dilansir dari iNews peredaran informasi melalui media sosial lah yang justru menimbulkan kepanikan di masyarakat dewasa saat ini, epidemic kepanikan di media sosial lah yang lebih cepat menyebar daripada epidemic penyakit. Akibatnya masyrakat mengalami panic buying dimana msyarakat membeli kebutuhan dengan jumlah skala yang besar seperti bahan pokok, dan masker.
Pandemi Covid-19 juga telah menyebabkan banyaknya penyebaran informasi palsu (hoaks) di platform digital, dengan modus beragam, tidak heran penyebaran informasi atau berita bohong ini memicu adanya kepanikan sekaligus ketakutan dan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Terutama orang awam yang kurang melek akan informasi Covid-19. Meskipun begitu kita sebagai generasi millennial juga harus pandai – pandai memilih dan memilah mana informasi yang dapat dipercaya dan mana informasi itu adalah sebuah kebohongan. Sepeti paparan yang dijelaskan oleh Firman Kurniawan sebagai Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital di Kompasiana menejelaskan bahwa informasi berkuaitas yang harus dikonsumsi, caranya dengan pilih sumber – sumber terpercaya, yang mampu menyajikan keadaan sebenarnya dengan sederhana dan masuk akal. Di tengah – tengah situasi saat ini tidak hanya physical distancing yang dapat kita terapkan tetapi juga socmed distancing untuk mengurangi kepanikan yang terjadi akibat banyaknya pemberitaan mengenai Covid-19 yang dapat mempengaruhi mental pembacanya.
Tentang Penulis : Sinta Meylinda Rosa Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang
Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com