Blora – 45.885,16 Ha wilayah kabupaten Blora merupakan lahan sawah, dan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Namun yang menjadi masalah ialah luasnya lahan sawah tidak berimbang dengan pasokan air. Diketahui, jumlah pengairan di Kabupaten Blora masih tergolong minim. Mayoritas petani di Blora masih mengandalkan tadah hujan untuk bercocok tanam.
Presentase jumlah irigasi di kabupaten Blora hari ini kategori rendah, yakni hanya 35,8%. 64,2% lahan sawah lainnya mengandalkan tadah hujan yang tak menentu.
Riset Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora 2020 mengemukakan bahwa, dari total lahan sawah di Kabupaten Blora, 29.459,13 Ha mengandalkan tadah hujan dan 16.426,02 menggunakan irigasi, dengan pemetaan 7.449 Ha pengairan teknis, 967 Ha pengairan 1/2 teknis, 4.114 Ha pengairan sederhana, 1.640,01 Ha pengairan desa serta 2.256,01 P2AT.
Dibanding tahun-tahun sebelumnya, ada kenaikan presentase jumlah irigasi di Kabupaten Blora, walaupun sedikit.
Di tahun 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat Blora merupakan Kabupaten dengan presentase jumlah irigasi terendah nomor 2 se-Jawa Tengah, dengan presentase 31,6%. Blora hanya unggul sedikit dari Rembang yang memiliki presentase terendah di Jawa Tengah, yakni 28,7%.
Menilik data di atas, Kabupaten Blora sama halnya “ayam mati di lumbung padi”, memiliki kekayaan alam melimpah, namun gagal dalam memanfaatkannya. (kin).