fbpx

MALING KENTHIRI KAWENGAN : NIAT MULIA YANG BERAKHIR PETAKA

K Muhammad asrori puledagel jepon blora
Kyai Muhammad Asrori ketika wawancara dengan reporter bloranews.com

Kawengan ( 22/03/2016 ) Masyarakat Jawa pada umumnya mempercayai bahwa sebuah perbuatan dengan niat yang baik, harus dilakukan dengan cara yang baik pula. Perbuatan yang baik jika dilakukan dengan cara yang tidak baik akan membuat pelakunya terkena akibat buruk. Dalam bahasa jawa, dampak niat tidak baik ini dinamakan kuwalat.

Feodalisme yang berakar pada budaya Jawa pada jaman perjuangan para wali telah mengakar kuat. Para bangsawan dan saudagar hidup mewah, sementara itu banyak masyarakat yang kelaparan di desa – desa. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh masyarakat kala itu selain menengadahkan tangan menunggu bantuan datang. Di jaman yang seperti inilah Maling Kenthiri hidup.

Maling Kenthiri adalah pemuda dari masyarakat biasa dengan penghidupan yang serba sulit. Tidak banyak referensi tentang pemuda ini. Konon Maling Kenthiri pernah berguru kepada Wiku ( Biksu ) Lodhang Datuk di Pulau Seprapat, Kabupaten Jepara sekarang. Di Kawengan Kecamatan Jepon terdapat sebuah keramat / makam yang dipercaya sebagai peristirahatan terakhir Maling Kenthiri.

Selain di desa Kawengan Kecamatan Jepon, di Kecamatan Cepu juga terdapat sebuah dukuh yang bernama Kawengan dan di Kecamatan Juwana kabupaten Pati juga terdapat sebuah daerah yang bernama Kawengan. Kedua tempat terakhir ini pun dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir Maling Kenthiri.

K Muhammad asrori puledagel jepon blora
Kyai Muhammad Sujono  Asrori inisiator warga Kawengan untuk merawat Makam Maling Kenthiri

 

Kepada Bloranews.com Kyai Muhammad Sujono Asrori ( 56 ) menceritakan tradisi lisan tentang Maling Kenthiri yang dipercaya oleh masyarakat desa Kawengan.Kyai Asrori (sapaan Kyai Muhammad Sujono Asrori ) menyampaikan kisah Sang Maling Kenthiri. Kyai Asrori merupakan inisiator masyarakat Kawengan untuk merawat Keramat Maling Kenthiri.

Sekalipun beliau ( Kyai Asrori adalah penduduk desa Puledagel, tetapi dikenal dengan baik masyarakat Kawengan secara umum. Bahkan, Bloranews.com disarankan oleh masyarakat desa Kawengan untuk berbincang dengan Kyai Asrori berkaitan dengan penelusuran kiprah Maling Kenthiri di desa kawengan.

 

makam maling kentiri kawengan blora
Bangunan Keramat ( makam ) Maling Kenthiri

 

Di awal usahanya untuk menghormati Keramat Maling Kenthiri, Kyai Asrori dan murid – muridnya menggelar pengajian satu hari sebelum sedekah bumi desa Kawengan. Pada awalnya rencana ini ditentang keras oleh masyarakat, namun dengan berbagai pendekatan persuasif akhirnya pengajian yang dimotori oleh Kyai Asrori ini berjalan dengan lancar. Lambat laun agenda pengajian ini menjadi sebuah agenda desa yang ditradisikan untuk diselenggarakan setiap malam kamis kliwon setelah panen raya.

Pada 2013 melalui sebuah musawarah tingkat desa Kawengan, Haul maling Kethiri diperingati tanggal 1 Muharram setiap tahunnya. Untuk membuat nyaman para pengunjung dan peziarah, di Keramat Maling Kenthiri dibangun sebuah bangunan kayu oleh kepala desa Kawengan kala itu, Kepala Desa Kasno. Sedangkan makam Maling Kenthiri dibangun oleh Kepala Desa Darko.

 

makam maling kentiri kawengan jepon
Suasana di dalam Keramat ( Makam ) Maling Kentiri

Kyai Asrori menuturkan bahwa Maling Kenthiri adalah murid dari Wiku Lodhang Datuk dari Pulau Seprapat, Kabupaten Jepara. Nama asli dari Maling Kenthiri tidak diketahui, namun julukan Maling Kenthiri disematkan karena pemuda ini tidak melakukan proses belajar di Perguruan Pulau Seprapat secara biasa. Dia belajar dengan cara mencuri – curi dengar jauh dari tempat belajar seharusnya.

Merasa prihatin dengan situasi sosial saat itu, Maling Kenthiri banyak melakukan aksi pencurian kepada para pejabat atau basngsawan saat itu. Hasil pencurian itu dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam melakukan aksinya, Maling Kenthiri menggunakan dua pusaka yang dimilikinya, sebuah Tombak Sakti dan Srigunting. Tombak Sakti untuk membuat Maling Kenthiri menyusup kedalam tanah dan Srigunting digunakan untuk membuka setiap pintu yang terkunci.

“ Untuk menjalankan aksi pencuriannya, maling Kenthiri Menggunakan Tombak dan Pusaka Srigunting” tutur Kyai Asrori Kepada Bloranews.com.

Bersambung ke bag 2

Reporter          : Muhammad Eko

Fotografer        : Az Zulfa