Blora – Cacat fisik tidak membuat Ngadimin, warga desa Pilang kecamatan Randublatung mengiba pada belas kasihan orang lain. Dengan kondisi fisiknya yang tuna netra, Ngadimin menjalankan budidaya Jamur Tiram yang dapat menjadi penyangga hidup keluarganya.
Kepada Bloranews.com, Ngadimin mengatakan bahwa setiap hari dia memanen sekitar 15 kilogram Jamur Tiram. Untuk setiap satu kilogramnya, Ngadimin mematok harga sebesar dua puluh ribu rupiah. Pengusaha Jamur Tiram yang tuna netra ini tidak perlu repot memikirkan pemasaran produknya. Para pembeli dari berbagai tempat di Blora dan luar kota ramai mengunjungi rumahnya.
Sembilan tahun yang lalu, Ngadimin adalah loper koran dan penjual mie ayam. Kecelakaan sepeda motor membuat pria ini kehilangan penglihatannya. Kondisi ini membuat usahanya gulung tikar. Sempat beberapa waktu Ngadimin merasa putus asa.
Tanggung jawab keluarga yang dipikulnya membuatnya kembali tegar, di tengah keterbatasannya dia mencoba peruntungan Jamur Tiram. Ketika masih bisa melihat, Ngadimin pernah melakukan budidaya Jamur Tiram namun hanya sebagai kegiatan sampingan.
Kini, bududaya Jamur Tiram menjadi kegiatan ekonomi yang ditekuninya. “Sejak kehilangan penglihatan, saya pantang meminta-minta mas. Tangan saya masih kuat untuk bekerja” tegas Ngadimin.
Ngadimin menguasai benar seluk-beluk budidaya Jamur Tiram. “Media terbaik untuk budidaya Jamur Tiram adalah serbuk gergaji kayu Sengon, waktu tumbuh jamur hanya 50 hari. Sedangkan serbuk kayu Mahoni membutuhkan waktu 5 bulan untuk tumbuh” terangnya.
“Selain menjual Jamur Tiram, saya juga menyediakan bibit jamur yang siap dibiakkan dengan harga terjangkau” pungkas ayah dua anak ini [.]
Reporter : Jacko Priyanto