Sekarang bekas kesaktian tersebut disebut: Batu Cepit. Adapun, Eyang Jati Kusuma mempunyai kesaktian dapat merendahkan pohon jati yang tinggi. Hal ini terjadi karena punakawan tidak dapat mengambil handuk yang tertinggal di Sendang Masohan. Tetapi punakawan tidak dapat merendah. Eyang Jati Kusuma pun memiliki kesaktian dapat menghilang (musna) dan kemudian muncul lagi. Eyang Jati Kusuma dapat pula meninju batu besar hingga batu itu menjadi lekuk-lekuk. Batu itu sekarang disebut Batu Cumpleng. Selain karena kesaktiannya, Eyang Jati Kusuma dikenal karena mempunyai binatang peliharaan yaitu kuda tunggang dan seekor harimau yang disebut Kyai Pengkrong.
Pada waktu itu ada seorang putri dari Desa Bleboh bernama Randa Kuning datang untuk meminta menjadikannya sebagai istrinya. Namun, hal ini ditolaknya. Akan tetapi, putri itu tetap tidak mau pulang. Karena kasihan, permintaan Randa Kuning itu dipenuhi tetapi hanya dijadikan sebagai abdi bukan sebagai istri. Kemudian ia diberi pekerjaan membatik hingga akhir hidupnya. Dengan kejadian itu putri itu bersumpah kelak anak cucunya dilarang kawin dengan orang dari Desa Janjang. Pesan itu ditunaikan hingga kini, orang Desa Bleboh tidak berani kawin dengan orang desa Janjang.
Begitu juga masyarakat yang dahulu menjadi wilayah Janjang tidak boleh menanam kedelai hitam dan padi ketan ireng. Karena sewaktu Eyang Jati Kusuma dan Eyang Jatiswara berkelana, kudanya sakit karena kakinya menginjak tonggak bekas kedelai hitam dan makan dedak padi ketan ireng.