Tatkala perjalanan Arya Penangsang sampai pada suatu tempat yang banyak ditumbuhi rumput segar, tampaklah oleh beliau seekor kuda hitam yang mulus pancal panggung sedang berlari mendekatinya. Anehnya, kuda yang tampak binal tersebut sesampainya di depan Arya Penangsang seketika jinak, seolah-olah minta dikasihi. Ia menggaruk-garukkan kakinya ke tanah, seolah-olah meminta perlindungan.
Melihat hal itu, Arya Penangsang segera mendekatinya. Anehnya, kuda tersebut sama sekali tidak menunjukkan kebinalannya.
Seketika itu Arya Penangsang merasa tertarik kepada kuda tersebut dan bermaksud ingin memilikinya. Kuda tersebut lalu didekatinya, kemudian beliau naik ke punggungnya. Di atas punggung kuda yang baru ditemukannya tersebut Arya Penangsang tampak sangat gagah dan anggun. Beliau lalu mengajak Patih Metaun untuk mencari pemilik kuda tersebut. Adapun tempat di mana diketemukannya kuda tersebut disebut Desa Gagakan karena sang kuda berbulu hitam mulus bagaikan burung gagak.
Untuk mencari sang pemilik kuda, Arya Penangsang dengan diiringi Patih Metaun, berjalan ke arah timur. Akhirnya, beliau sampai di tempat Soreng Pati dan Soreng Rangkut bertarung. Pada saat itu kedua jagoan tersebut sedang merenungi peristiwa yang baru saja mereka alami, yang memakan korban anak-anak yang sangat mereka cintai. Mereka berdua merasa sangat menyesal.