fbpx

KISAH PANGERAN JATIKUSUMO MENCARI PUSAKA PAJANG YANG HILANG

Sumur Magung di Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora, tempat Pangeran Jatikusuma menyalakan obornya saat mencari pusaka Pajang yang hilang
Sumur Magung di Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora, tempat Pangeran Jatikusuma menyalakan obornya saat mencari pusaka Pajang yang hilang

Hingga kini Desa Cabaian masih ada tetapi tidak banyak penduduk yang menanam cabai. Setelah merasa segar, Modin Kuncen melanjutkan per jalanannya menuju ke arah utara. Sampai akhirnya dia tiba di sebuah hutan yang banyak ditumbuhi pohon Joho.

Hutan itu begitu lebat dan sejuk. Suasana ini membuat Modin Kuncen mengantuk hingga akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat di hutan tersebut. Setelah sekian waktu berselang, Modin Kuncen bangun dan merasakan tubuhnya menjadi segar kembali. Dia menamakan hutan tersebut Hutan Joho.

Kemudian Modin Kuncen melanjutkan perjalanannya ke arah utara. Dalam perjalanannya, Modin Kuncen tidak menemui banyak rintangan. Dia sangat menikmati perjalanannya tersebut. Hingga sampailah dia di sebuah sendang ‘sumber mata air’.

Karena hari sudah agak siang, Modin Kuncen merasa lapar. Dia memutuskan beristirahat di dekat sendang tersebut. Dia membuat perapian di dekat sendang itu dan memasak dedaunan untuk sarapan.

Setelah mengisi perut, Modin Kuncen hendak membersihkan diri. Modin Kuncen mandi sepuasnya di sendang yang teduh itu. Dia juga mencuci pakaian yang dipakainya karena sudah agak berbau keringat.

Setelah dicuci, pakaiannya langsung dijemur di sekitar sendang tersebut. Sembari menunggu pakaiannya kering, Modin Kuncen menutupi badannya dengan selembar kain yang dibawanya. Dengan buaian semilir angin dan kicau burung, tertidurlah Modin Kuncen.

Ketika sudah menjelang waktu salat asar dia terbangun. Pakaian yang dipakainya telah kering dan siap dipakai kembali. Modin Kuncen bersiap hendak melanjutkan perjalanannya kembali. Sendang tempatnya beristirahat dan menjemur pakaian tersebut dinamakannya Sendang Pepe yang artinya ‘sendang tempat menjemur’.

Tempat tersebut sampai sekarang sering didatangi oleh seniman untuk ngalap berkah ‘meminta barokah’ agar diberi suara bagus seperti suara Modin Kuncen. Adapun yang dilakukan adalah dengan cara mengadakan sedekah di tempat tersebut.

Sampai sekarang sendang tersebut masih sangat dikeramatkan, khususnya oleh masyarakat di sekitar sendang. Begitu keramatnya tempat itu hingga tidak ada orang yang berani mengambil ikan yang hidup di sendang tersebut.

Modin Kuncen melanjutkan perjalanan ke arah timur. Dia menuju ke wilayah Kadipaten Rajegwesi. Menjelang waktu salat magrib Modin Kuncen tiba di Desa Paingan. Karena waktu untuk menjalankan salat magrib sangat terbatas, dia singgah di surau desa tersebut untuk menunaikan sembahyang.