Blora, BLORANEWS – Angka prevalensi stunting di Kabupaten Blora terus mengalami penurunan. Yaitu tinggal diangka 7,87 persen (3.704 balita). Hal ini berdasarkan data pelaporan rutin berbasis Aplikasi Online Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022.
Prevalensi tersebut mengalami penurunan 1,36 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar 9,23 persen (4.172 balita). Prevalensi tersebut juga mengalami penurunan 6.07 persen dibandingkan tahun 2020 yaitu sebesar 15 persen (6.603 balita).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Edy Widayat mengaku, data prevalensi stunting ini dari pelaporan rutin yang digunakan untuk deteksi dini dan Iitervensi. Untuk data balita yang sudah di entry di e-PPGBM tahun 2021 sebesar 98,6 persen dan tahun 2022 sebesar 93 persen. Jumlah balita yang datang ke Posyandu Tahun 2021 sebesar 45.214 balita, dan pada tahun 2022 sebesar 44.077 balita.
“Prevalensi stunting berdasarkan e-PPGBM Tahun 2022 sebesar 7,87% (3.704 balita). Prevalensi tersebut mengalami penurunan 1,36% dibandingkan tahun 2021 sebesar 9,23% (4.172 balita). Prevalensi tersebut mengalami penurunan 6.07% dibandingkan tahun 2020 yaitu sebesar 15, % (6.603 balita),” tegasnya.
Edy menambahkan, berbagai upaya dilakukan untuk penurunan angka stunting. Mulai dari intervensi spesifik dan sensitif untuk pencegahan dan penanggulangan stunting sesuai dengan Tupoksi OPD terkait. Intervensi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada masa Ibu hamil sampai dengan anak berusia 2 tahun (Golden Age).
“Target penurunan prevalensi stunting pada balita di fokuskan pada kelompok umur 0-2 Tahun,” imbuhnya.
Menurutnya, intervensi stunting pada kelompok umur 0-2 Tahun dilakukan melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif, MP-ASI, Imunisasi, Sanitasi yang layak.
Selanjutnya, Pemberian/suplementasi syrup zink untuk bayi resiko stunting (resiko stunting PB ≤ 48 Cm). Selanjutnya praktek baik/inovasi untuk percepatan penurunan stunting di Kabupaten Blora.
“Penyebab stunting paling besar terjadinya stunting di Kabupaten Blora karena Pola Asuh. Apalagi pada masa Pandemi covid-19, kemisikinan menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting karena di masa pandemi covid-19 daya beli masyarakat untuk memenuhi pangan yang bergizi menurun,” tambahnya. (sub)