Tepatnya tugu itu menghadap barat laut disisi selatan jalan raya atau di sebelah barat Jembatan Gagaan. Tugu tersebut sebagai penanda bagi masyarakat yang melintas dari arah Purwodadi, Kabupaten Grobogan atau Semarang, jika pengendara sudah memasuki wilayah Kabupaten Blora.
Tugu sate juga penanda sebagai perbatasan antara Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora, letaknya diantara Kecamatan Kunduran Blora dan Kecamatan Ngaringan, Grobogan.
Bukan tanpa alasan pastinya, adanya tugu sate merupakan upaya untuk mengenalkan Blora, selain terkenal dengan Kayu Jati dan Minyaknya juga terkenal dengan kuliner satenya.
Mengunjungi Tugu Sate Blora akan menarik ingatan terjulur jauh ke 25 tahun silam. Pada prasasti yang ditanam dibawah monumen itu, Tugu Sate Blora diresmikan pada 11 November 1993 oleh Bupati Blora saat itu, Soekardi Hardjoprawiro, Bupati Blora ke 24, yang menjabat dari Tahun 1989 hingga 1999.
Dari penulusuran, Dewi Lasmi, perempuan warga Dukuh Ngriking, Desa Kemiri, Kecamatan Kunduran, Blora menuturkan Tugu Sate diresmikan saat usianya masih belasan tahun. Ia ikut menyaksikan sendiri peresmian tugu tersebut. Ada kirab dari Desa Gagaan sampai Kota Blora.