Klaten- Tukul Subagiyono seorang buruh tani di Desa Kotesan Kecamatan Prambanan, Klaten kembalikan bantuan sosial tunai (BST) yang diterimanya. Sontak hal tersebut membuat kaget Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang saat itu tengah mengecek pembagian BST di desa tersebut.
Ternyata Tukul sudah mendapatkan bantuan dari dana desa. Sehingga dirinya ingin mengembalikan bantuannya tersebut untuk diberikan kepada yang sama sekali belum mendapatkan.
“Ini punya saya mau saya kembalikan pak. Wong saya sudah dapat bantuan kok dapat lagi. Kasihan yang lain pak, biar untuk yang lain saja,” ucap Tukul.
Alhasil aksi yang diperlihatkan Tukul tersebut membuat rasa penasaran orang nomor satu di Jawa tengah. Padahal yang lain rebutan untuk mendapatkan bansos.
“Saya cuma buruh tani pak. Ini saya kembalikan, wong saya sudah dapat. Satu bantuan saja sudah cukup pak, masa mau dapat lagi. Ya walaupun saya butuh sebenarnya, tapi kan saya sudah dapat. Yang lain masih banyak yang butuh dan tidak dapat,” bebernya kepada Ganjar.
Tak hanya Tukul, ada dua warga lain di tempat itu yang ternyata ingin mengembalikan bantuan. Mereka adalah Jannah dan Yoga Pratama. Jannah adalah seorang ibu rumah tangga yang suaminya bekerja sebagai kuli bangunan, sementara Yoga adalah seorang mahasiswa.
“Suami saya sudah dapat bantuan dari dana desa pak, jumlahnya juga sama Rp 300 ribu perbulan. Nggak tahu kok ini dapat bantuan lagi, makanya saya kembalikan. Mudah-mudahan dapat orang lain yang membutuhkan,” kata Jannah.
Sedangkan Yoga, dia mengatakan bantuan dana desa sudah diterima ayahnya. Sementara BST diterima atas namanya.
“Kan menurut aturan undang-undang, katanya satu kepala keluarga dapat satu bantuan saja. Tapi kok di keluarga saya dapat dua. Makanya saya berinisiatif mengembalikan. Mungkin bisa digunakan ke masyarakat yang membutuhkan,” tegasnya.
Ganjar mengaku sangat bangga pada warganya yang mau mengembalikan bantuan itu karena memang tidak berhak. Menurutnya, itu adalah contoh moralitas yang harus menjadi tauladan masyarakat lainnya sekaligus menjadi acuan pemerintah untuk melakukan perbaikan data.
“Dari sisi moralitasnya, ini sangat bagus. Ini kongkret, mereka datang dengan moralitas bagus, mau mengembalikan karena merasa sudah menerima,” katanya.
Ganjar berharap apa yang dilakukan Tukul dan kawan-kawannya bisa menjadi inspirasi banyak orang. Sebab saat ini, bantuan memang banyak yang tak tepat sasaran, sehingga menimbulkan kecemburuan.
“Rejeki wis ono sing ngatur nggih. Kerono sampeyan jujur, tak kasih hadiah,” pungkas Ganjar. (Jyk)