Beralih dari sini ke wilayah Tenggara, temuan abad-abad dari 12 hingga 15 adalah paling dominan dijumpai di wilayah ini, sampai, mendekati Cepu, temuan yang lebih tua ditemukan kembali. Di Cepu, Kawedanan Panolan, tim menjumpai peninggalan abad ke-10 dan akhir abad ke-9. Dan tim bahkan menemukan beberapa barang, mungkin di awal abad ke-9, karena itu berasal dari pertengahan periode Tang.
Artefak tua semakin langka, melintas ke barat melalui Kedungtuban, Randublatung dan Jati. Dan bahkan benar-benar menghilang, di ujung barat dekat Doplang, karena disini sama sekali tidak ditemukan. Temuan yang berada di sawah dan tegal di wilayah ini sebagian besar terdiri dari keramik Cina dan Siam dari 1200 hingga 1400.
Pengecualian paling mencolok adalah penemuan di Panolan yang mengejutkan tim ekspedisi. Pencarian di sana menghasilkan sejumlah besar perkakas antara lain pecahan porselen Tiongkok pertengahan abad ke-17, termasuk perkakas halus dan porselen hias. Penduduk desa setempat bercerita tentang pusat kota kuno (Jipang-Panolan), di sana, sejak beberapa abad yang lalu. Sehingga penemuan pecahan keramik ini tentunya akan mendukung cerita itu.
Tim juga telah mencari di hutan-hutan jati di berbagai tempat, terutama hutan di mana desa atau pedukuhan berada. Mencari di hutan sangat melelahkan dan membutuhkan waktu lama karena sedang musim meranggas daunnya. Meskipun kadang-kadang tidak terlalu buruk, harus dikatakan bahwa tidak pernah ditemukan pecahan keramik yang berasal lebih awal dari abad ke-12 atau ke-13.
Di lahan penduduk, potongan-potongan keramik yang digali, terutama porselen biru dan putih porselen, dan pot yang terbuat dari periuk Cina Selatan dan Tongking berulang kali ditemukan. Terlebih penemuan terakota kuno, itu lebih penting daripada yang ada di wilayah Medang dan sekitarnya.