Setelah Medang di Kabupaten Grobogan, ekspedisi dilanjutkan menuju wilayah Blora. Sebagai titik awal ekspedisi di Blora, adalah kecamatan Kunduran yang berbatasan dengan kabupaten Grobogan, dan pertama-tama di wilayah desa Botoreco yang sangat luas, yang berada tepat di seberang perbatasan pemukiman (juga perbatasan kabupaten). Namun disini, hasilnya ternyata tidak sesuai dengan harapan. Alih-alih melanjutkan keterangan dari sekitar Medang, ekspedisi hanya menemukan sangat sedikit porselen abad ke-10 , dan abad-abad selanjutnya tampak tidak terwakili secara jelas.
Singkatnya, seluruh bagian selatan Kecamatan Kunduran merupakan daerah minim pecahan. Tetapi, tidak demikian dibagian utara sungai Loesi dan perbatasan dengan Todanan. Di sini panen besar sebaran artefak, terdapat keramik abad ke-10 dan juga muncul beberapa pecahan abad ke-9.
Kemudian ketika wilayah kawedanan Ngawen lainnya dieksplorasi, terlihat adanya peningkatan pecahan dari semua jenis bahan. Namun, paling besar terdapat di wilayah lebih jauh ke timur dan Tenggara, yaitu kawedanan Banjarejo dan Blora.
Spesimen langka ditemukan di sini: ada keramik Cina, Tongking (Vietnam), dan Siam dalam bentuk porselen, periuk, gerabah; Di sinilah porselen hias dari China Timur, khususnya produksi Loeng Tsjuan Yao dan Yueh Tsjow, berwujud berbagai peralatan. Ini banyak ditemui di seputaran desa Wonosemi, Karangtalun, Bacem, Mojowetan dan Balongrejo. Tapi semua itu keramik abad ke 11 sampai 14. Yang terpenting adalah munculnya beberapa materi dari abad ke-10 dan mungkin abad ke-9. Semua ini terdapat di sumur tua (Pengging), terdiri dari pecahan mangkuk, dan mangkuk yang terbuat dari porselen; sisanya adalah bongkahan yang terkenal berbentuk telur, dengan lapisan hijau zaitun berupa wadah toples penyimpanan yang tertutup sebagian. Artefak ini masih menyimpan misteri, karena tidak ada peradaban tertentu yang dapat diidentifikasi untuk barang kuno ini.
Harus dikatakan bahwa temuan di sebelah utara kota Blora tiba-tiba menjadi jauh lebih sedikit dan kurang penting. Desa Medang (Sendanghardjo) mengecewakan tim ekspedisi, begitu pula desa Kamolan di selatan Blora. Tidak ada sesuatu yang penting yang ditemukan. Lebih jauh ke Timur dan Selatan tim ekspedisi mendapatkan beberapa materi abad ke-9, banyak ke-10 dan awal abad ke-11 di Kawedanan Jepon dan Jiken. Disebutkan bahwa desa Semampir dan Jiworejo adalah lokasi yang kaya serpihan artefak.