Blora, BLORANEWS – Petani di berbagai wilayah di Blora mengeluh akibat kekeringan ekstrem yang melanda Blora akhir-akhir ini. Terutama bagi para petani tadah hujan yang terlanjur menanam padi. Mereka diprediksi bisa gagal panen akibat kurangnya pasokan air.
Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Ngaliman mengatakan, untuk petani tadah hujan hingga kini masih menjadi kendala bersama. Pihaknya belum bisa memberikan solusi alternatif untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Yang tadah hujan, dan tidak berada di aliran sungai, ini yang menjadi kendala kita. Jika nanti tidak ada hujan sampai 2 – 4 minggu dimungkinkan akan terjadi gagal,” ujarnya kepada wartawan Bloranews, Rabu (22/5/2024).
Dirinya mengakui bahwa banyak tanaman padi yang mengalami kekeringan, khususnya di wilayah tadah hujan. Menurutnya, hal itu dikarenakan cuaca ekstrem yang melanda berbagai wilayah di Indonesia tak terkecuali di Kabupaten Blora.
“Memang di lapangan banyak padi yang mengalami kekeringan terutama di wilayah tadah hujan. Ini karena cuacanya demikian ekstrem, dimana semenjak tanam, yang waktu itu hujannya sangat lebat, tapi begitu selesai tanam sampai lebih dari 2 minggu tidak ada hujan sama sekali,” jelas Ngaliman.
Kepada para petani yang dekat dengan aliran sungai, Ngaliman mengaku sedang mengupayakan bantuan pompa air agar bisa menaikkan dan mengalirkan air dari sungai ke sawah.
“Bagi lokasi sawah yg ada sungainya seperti aliran sungai lusi, bengawan solo atau sungai yg ada airnya, kami mengupayakan untuk mendapatkan bantuan pompa air agar bisa menaikkan air dari sungai ke sawah. Bagi kelompok tani yang sudah memiliki pompa air untuk dioptimalkan pemakaiannya untuk irigasi,” ujarnya.
“Bagi yang belum terlanjur menanam padi untuk bisa menanam jagung atau palawija lain yang tahan kekurangan air,” pungkasnya. (Dj)