DLH BLORA TURUN KE LOKASI SEMBURAN MINYAK, PANTAU DAMPAK LINGKUNGAN

Foto: Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Blora, Istadi Rusmanto, berada di lokasi semburan air bercampur minyak di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban

Blora, BLORANEWS.COM – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Blora, Istadi Rusmanto, berada di lokasi semburan air bercampur minyak di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, untuk memantau dampak lingkungan akibat kejadian tersebut.

“Kami melihat kondisi air di hulu masih baik, meski ada lapisan minyak yang harus ditangani. Untungnya, sudah dipasang oil boom untuk mencegah minyak menyebar ke sungai,” katanya, Jum’at (14/2/2025).

Ia berharap fenomena ini bisa segera ditangani dengan baik. Menurutnya, pola semburan ini mengikuti tekanan alami di dalam tanah, sehingga jika satu titik semburan mereda, bisa muncul di lokasi lain.

Sementara itu, Camat Kedungtuban, Rajiman yang juga berada di lokasi tersebut mengungkapkan, fenomena semburan ini menarik perhatian warga setempat. Sejumlah masyarakat, termasuk anak-anak, penasaran dan ingin melihatnya dari dekat.

Lokasi semburan air bercampur minyak di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban

Untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul akibat semburan minyak, pihak berwenang telah mengambil langkah pengamanan.

Garis polisi dan garis penyelamatan telah dipasang di sekitar lokasi guna mencegah warga mendekat terlalu jauh.

“Sudah ada police line dan line safety untuk mengantisipasi. Pokoknya jangan masuk ke area semburan,” ujar Rajiman.

Ia menegaskan bahwa semburan yang mengandung minyak mentah atau lantung ini memiliki risiko tinggi terhadap kebakaran.

“Lokasi ini rawan kebakaran, kalau terkena percikan api bisa berbahaya. Sebelumnya pernah terjadi kebakaran akibat hal serupa, jadi kami harus ekstra hati-hati,” jelasnya.

Sebagai langkah pencegahan, petugas di lokasi juga melarang masyarakat membawa korek api atau menyalakan rokok di sekitar area semburan.

Semburan serupa pernah terjadi di Blora pada tahun 2004, muncul di kawasan yang berjarak sekitar 3-4 kilometer dari permukiman warga. (Zak)