Cepu– Untuk mengisi liburan, anak-anak di Taman Baca dan Budaya Cethik Geni berkunjung ke destinasi wisata lokal, Kracakan Watu Gong (KWG). Di lokasi ini, mereka tak hanya main air, tetapi juga memungut sampah plastik yang banyak berserakan di sekitar lokasi.
“Memunguti sampah di Kracaan ini, agar mereka terlatih peduli pada lingkungan,” kata Koordinator Taman Baca dan Budaya Cethik Geni, Rita Oktaviana, Senin (01/07).
Tak hanya anak-anak, kerja bakti membersihkan sampah plastik di lokasi ini juga melibatkan warga dan para pemuda setempat. Diharapkan, gerakan kecil ini akan menginspirasi masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keindahan alam KWG
Baca: INDAHNYA PANORAMA SENJA DI KRACAKAN WATU GONG CEPU
Potensi Wisata KWG Pincut Wisatawan
Keindahan alam di KWG ternyata membuat sejumlah wisatawan dari lokal dan luar kota terkesan. Supaya lebih menarik, perlu dilakukan penataan tempat ini secara lebih serius. Pengelolaan kebersihan lokasi dirasa penting untuk diperhatikan.
“Potensinya menarik sebagai spot wisata lokal,” komentar Konsultan Lingkungan Hidup dari program REDD+, usai berkunjung ke KWG.
Sebagai informasi, Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) adalah program internasional yang fokus pada isu lingkungan hidup dan kelestarian hutan. Herutomo berdomisili di Amerika Serikat, dan kini tengah pulang kampung di Surakarta.
Beberapa hari terakhir, Herutomo berkunjung ke Taman Baca dan Budaya Cethik Geni di Kapuan Cepu. Di sini, dia diajak berkeliling Cepu ke sejumlah lokasi wisata seperti Gedung Akamigas yang berusia ratusan tahun, KWG, Kampung Samin Blimbing Sambong dan menikmati kuliner lokal.
“Kemarin di Cethik Geni, disajikan masakan desa bikinan ibu-ibu. Buset, enak sekali. Saya usul ke bu Rita agar diproduksi sambal Cepu. Lalu, saya diajak makan di Lontong Tahu Mbah Tri. Saya juga diajak ke Kampung Samin,” ujarnya.
Terkait kelestarian lingkungan, utamanya tentang bahaya sampah plastik, dirinya menyampaikan sejumlah tips untuk mengelola masalah ini. Ada tiga langkah untuk mengatasi maraknya sampah plastik, terdiri atas solusi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
“Solusi jangka pendek, seperti yang dilakukan di Bali, dengan membuat Perda larangan pengunaan tas plastik dan sedotan plastik. Solusi jangka menengah, dengan mengelola sampah plastik menjadi sumber energi, atau mendukung upaya produksi tas pembungkus dari bahan ubi kayu yang mudah terurai,” imbuhnya.
Sedangkan solusi jangka panjang, adalah dengan memberikan edukasi kepada anak-anak. Baik di rumah maupun di sekolah. (rij)