Blora – Debat kandidat Pilkada Blora yang diselenggarakan KPU Blora, Rabu (25/11) dengan menghadirkan tiga pasang calon terasa datar dan tidak menarik.
Dalam debat yang terbagi dalam enam segmen tersebut beberapa kali microphone tidak berfungsi sebagaimana mestinya, meskipun begitu acara berjalan sampai selesai.
Berbagai komentar miring terkait debat tersebut bermunculan mulai tidak menyuguhkan solusi dari tema yang dibahas hingga anggapan debat tak berguna, padahal debat kandidat dimaksudkan untuk menjadi ajang kampanye dan menunjukan kemampuan masing- masing kandidat.
“Debat masih berkutat di persoalan diskursus, tapi tidak ada penyelesaian persoalan, tidak ada langkah kongkrit yang ditawarkan, kebijakan masa lalu masih menyandera, tidak ada yang menarik, ” jelas Imanan, Ketua PMII Cabang Blora. (26/11)
Zaenul, salah satu pengacara di Blora bahkan menilai debat Pilkada yang digelar kemarin tidak berguna.
“Debat kemarin kok sepertinya tak ada guna, tidak mempengaruhi pemilih. Toh yang lihat juga hanya berapa persen saja dari calon pemilih. Setahu saya Kebanyakan yang lihat malah hanya simpatisan pasangan calon saja.” Ungkapnya.
Menurutnya, debat kemarin tidak akan berpengaruh terhadap pilihan calon pemilih, pasalnya, yang menonton debat justru mereka yang sudah menentukan pilihan.
“Debat cara langsung saja tak begitu pengaruh, apalagi ini yang streaming. Selain itu, ketiadaan guna ini disebabkan, pendukung masing-masing calon ini sudah menetapkan pilihannya masing-masing. Jadi tidak akan berubah setelah nonton debat ini.” Imbuhnya.
Masih menurutnya, terkait penguasaan materi debat, Paslon tidak begitu menguasai, dirinya mencontohkan ketika membahas tentang blindspot jawaban masing-masing kandidat tidak menggambarkan solusi konkrit.
“Terkait penguasaan materi dalam debat, saya kok malah jadi pesimis, akan jadi seperti apa kabupaten kita ini ke depan. Toh ketika calon ditanya masalah blankspot saja, jawabannya gak masuk.” Pungkasnya.
Seperti diketahui dalam debat kemarin, moderator menanyakan dalam segmen pemaparan visi misi moderator menanyakan kepada paslon no. urut satu dalam Menghadapi era industri 4.0 sekolah digital dan pesantren digital, Mengingat kondisi Blora yang banyak blindspot bagaimana pendidikan digital terwujud.
Menjawab pertanyaan tersebut, Pasangan ASRI diwakili Dwi Astutiningsih menjawab sebagai berikut.
“Bahwa semua untuk meningkatkan sumber daya manusia ini harus diprioritaskan sistem digital. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang unggul harus mengikuti zaman, yang mana semua harus digital. Jadi kita akan masuk ke desa desa, saya yakin di desa sudah ada wifi tapi belum mencukupi.” Jawab Dwi Astutiningsih.
Kemudian pasangan calon nomor dua Arief rahman menanggapi dengan jawaban sebagai tersebut.
“Pendidikan di kabupaten Blora kita akan menyelaraskan pendidikan baik umum maupun agama, Kita akan bekerja sama dengan berbagai pihak, kita ingin anak di blora memiliki sdm yang ada di blora terkait mutu, kita ingin pendidikan di blora menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.” Ungkap Arief Rohman menanggapi.
Sedangkan pasangan calon nomor urut 3 Umi kulsum menanggapi sebagai tersebut.
“Mengingat sebagian wilayah hutan , dengan dana bos kita akan gunakan untuk memperbanyak jaringan internet sampai desa, siswa diberikan pelatihan digitalisasi. Kia ajarkan online shop. Semua harus siap komputerisasi.” Ungkapnya Umi Kulsum. (Dj)