Blora – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora menetapkan status daruirat kekeringan di sejumlah wilayah se- Kabupaten Blora. Tercatat, ada 146 desa di 14 Kecamatan mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora, Sri Rahayu mengungkapkan, untuk menanggulangi bencana kekeringan, BPBD Blora telah melakukan distribusi air bersih di desa yang mengalami kekeringan berat.
“Hingga hari ini, penyaluran bantuan air bersih masih terus kita lakukan. Puncak kekeringan kita perkirakan terjadi pada bulan Agustus ini,” ujar Sri Rahayu seperti dikutip Muria News, Minggu (05/08).
Distribusi air bersih ini telah dilakukan BPBD Blora sejak bulan lalu (Juli). Jumlah air yang didistribusikan mencapai 50 tanki per hari. Tiga kecamatan yang diprioritaskan adalah Kecamatan Jati, Banjarejo dan Randublatung.
Sebagai informasi, Kecamatan Jati terdiri atas 12 desa yang seluruhnya terdampak kekeringan. Di Kecamatan Banjarejo, ada 12 desa yang mengalami kekeringan berat. Sedangkan di Randublatung, ada 7 desa yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Menurut Sri Rahayu, tahun ini BPBD Blora menyiapkan 500 tanki air untuk menanggulangi bencana kekeringan. Jumlah ini, lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya 300 tanki air.
“Karena diprediksikan tahun ini kemarau lebih pajang makanya kuota airnya diperbanyak. Kalaupun dari persediaan air ini tidak bisa tersalurkan, anggaran untuk droping air sebanyak Rp 125 juta akan dikembalikan kepada pemkab Blora,” pungkasnya.
Reporter : Rosyidi