Perang dan Peradaban
Mari agak serius, saya mulai lelah dengan mengkaji karakter moral sang Nabi dengan 9 Istri ini. Secara politis, Muhammad berhasil mempersatukan kaum Muhajirin dan Ansor, kaum Khazraj dan Aus, golongan Tuan dan Budak. Ini prestasi kemanusiaan. Jika Muhammad lahir di Abad XX, tidak diragukan lagi, pasti masuk nominasi Nobel Perdamaian Dunia.
Setelah itu, Muhammad juga berjasa menyusun sebuah rancangan Undang Undang yang di masa sekarang kita sebut sebagai Piagam Madinah. Konon, piagam ini menginspirasi lahirnya Magna Charta, kemudian Atlantic Charter, dan akhirnya menginspirasi Pembukaan UUD 1945 yang selalu kita baca tanpa tau artinya.
Tak diragukan lagi, Muhammad juga merupakan pemimpin militer yang cukup cemerlang. Kata ‘cukup cemerlang’ bukan bermaksud untuk merendahkan sosok yang paling dekat dengan Tuhan ini, hanya saja saya rasa kata itu untuk menunjukkan bahwa tugasnya tidak difokuskan di medan perang belaka.
Mengacu pada kesaksian Abu Hurairah, dan para sahabat Nabi lainnya, Muhammad sebenarnya banyak berperan sebagai Motivator. Benar saja, bagaimana kemudian sebuah pidato di Haji Wada’ membuat para pengikutnya benar-benar meninggalkan tradisi tribal kesukuan arab sepeninggalnya.
Tradisi humanistik universal inilah yang menurut saya membuat Nabi Muhammad bisa didudukkan dalam kapasitas sebagai Pahlawan. Meskipun, tradisi ini ditinggalkan hanya beberapa puluh tahun sepeninggalnya. Anyway, menulis Muhammad sebagai Pahlawan membuat saya berkali-kali memeriksa leher saya, apakah masih terhubung dengan kepala saya.
Sekali lagi, ini hanyalah upaya saya menterjemahkan sebuah gagasan yang ingin mencitrakan Sang Nabi sebagai Pahlawan. Pahlawan dalam peradaban, bukan pahlawan yang mengalahkan penjahat seperti Iron Man, Captain America, atau Avengers.
Tentang penulis: Ahmad Mustakim merupakan pegiat literasi Blora
*Opini di atas adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Bloranews.com