Tak bisa dipungkiri, barongan menempati nomor wahid dalam hal banyaknya jumlah grup kesenian tersebut, maupun kemampuannya merebut perhatian penonton dari usia kanak-kanak sampai dewasa, khususnya di Blora sampai saat ini.

Sungguhpun demikian, sejarah dan asal-usul barongan masih simpang siur. Bisa jadi kesimpang-siuran ini karena para pelaku maupun pemerhati barongan belum menemukan rujukan yang kuat tentang keberadaan barongan di masa lampau.
Serat Centhini yang menurut banyak ahli adalah ensiklopedi jawa abad 18, ternyata hanya menyinggung sekilas sebagaimana terdapat pada pupuh 31, dengan metrum Sinom.
jata moelat raré dolan
bèngkat bikir tjirak oembris
kang bentik samja gèndongan
goemeder wenèh anangis
mjat tanggapan salirning
ambebarang gambang tjaloeng
topèng lènggèr barongan
wajang bèbèr mjang karoetjil
trebang ména miwah barang oera-oera
Pada pupuh di atas, kata Barongan disebut tanpa adanya penjelasan lebih lanjut, sehingga praktis tidak bisa diuraikan karena hanya disebutkan bersandingan dengan pertunjukan kesenian pedesaan lainnya.