BAITUNNUR BLORA : CITRA ISLAM NUSANTARA KEBANGGAAN KOTA MUSTIKA

Gapura Masjid baitunnur Blora
Gapura Masjid merupakan salah satu ciri bangunan masjid kuno nusantara

Kota ( 19/04/2016 ) Islam Nusantara adalah salah satu penerapan nilai – nilai islami dengan melakukan interaksi terhadap budaya – budaya yang berkembang di nusantara. Bentuk – bentuk interaksi ajaran islam dan budaya nusantara ini dapat berupa adopsi, asimilasi dan akulturasi budaya. Dengan cara ini, para wali di jaman walisongo dapat menyebarkan agama islam dengan cepat dan mengakar ke masyarakat.

 

Gapura Masjid baitunnur Blora
Gapura Masjid merupakan salah satu ciri bangunan masjid kuno nusantara

 

Di Kabupaten Blora dapat kita jumpai banyak perwujudan dari pelaksanaan islam nusantara dalam agenda –agenda daerah, Haul Sunan Pojok misalnya. Islam Nusantara juga nampak pada tata arsitektur bangunan – bangunan publik di Kabupaten Blora, salah satunya adalah Masjid Agung Baitunnur Blora.

Masjid Agung Baitunnur terletak di jalan alun – alun barat nomor 1 Kota Blora, berdekatan dengan hotel Al Madina dan Gedung NU Kabupaten Blora. Yayasan Masjid Agung Baitunnur merupakan pengelola masjid kebanggaan warga Blora tersebut. Selain mengelola Masjid Baitunnur, Yayasan juga mengelola sarana pendidikan formal SD dan SMP Baitunnur.

 

Daun Pintu Masjid Baitunnur
Daun Pintu Masjid Baitunnur yang dipertahankan keasliannya

 

Bangunan Masjid Baitunnur menggambarkan betapa nilai – nilai islam dan budaya nusantara dapat berpadu harmonis. Seperti halnya masjid – masjid kuno di nusantara, Masjid Agung Baitunnur juga menggunakan pakem yang sama. Masjid Kuno Nusantara oleh peneliti budaya nusantara, F.C Pijper selalu memiliki pola yang sama.

Diantaranya adalah adanya pintu gerbang di depan serambi masjid yang dinamakan Gapura, Atap Masjid berbentuk runcing dan bertingkat berjumlah ganjil, dan terdapat mihrab dan pengimaman yang tidak tepat ke arah kiblat melainkan tepat ke arah barat. Ciri – ciri yang sama dapat dijumpai dengan mudah di Masjid Baitunnur Blora.

menara masjid baitunnur blora
Menara Masjid Agung Baitunnur dibangun pada saat pemugaran masjid pada era bupati Supadi Yudhodharmo

 

Selain tampak dari gaya arsitekturnya, islam nusantara di masjid baitunnur juga tampak dari aktivitas – aktivitas kegamaan yang dilakukan sehari – hari. Kebiasaan berdoa bersama yang dipimpin oleh imam setelah sholat, aktivitas kegamaan remaja berbasis pengajian dan pembacaan maulid setiap malam jum’at seolah menegaskan nafas nusantara di masjid ini.

Dalam catatan Pemerintah Kabupaten Blora melalui portal maya Kabupaten Blora menceritakan bahwa Masjid Agung Baitunnur dibangun pada awal abad XVIII, tepatnya pada tahun 1722. Kemudian pada tahun 1774 dipugar atas perintah Bupati Blora saat itu, R.T. Djajeng Tirtonoto. Pemugaran ini diabadikan dalam sebuah Surya Cengkala “ Catur Pandhita Sabdaning Ratu”.

Pada jaman orde baru ( 1968 dan 1975 ) Masjid Agung Baitunnur kembali dipugar oleh Bupati Blora periode itu, Supadhi Yudhodharmo. Pada pemugaran era bupati Supadi Yudhodharmo ini ditambahkan sebuah menara di sebelah kiri serambi masjid. Pembangunan menara ini, membuat citra islam nusantara pada bangunan Masjid Agung Baitunnur semakin tampak.

 

kegiatan di masjid baitunnur blora
Suasana Sholat Dluha di serambi Masjid Agung Baitunnur Blora

 

Dalam referensi yang lain, disebutkan bahwa Masjid Agung Baitunnur dibangun oleh Pangeran Surabahu atau Sunan Pojok. Konon ketinggian tanah untuk pembangunan Masjid Agung Baitunnur lebih rendah dari alun – alun Blora, sehingga dari kejauhan tampak bangunan Masjid Agung seperti burung merpati yang sedang duduk di sarangnya ( Bahasa Jawa : Dara Ndekem ). Oleh masyarakat Blora saat itu, Masjid Agung Baitunnur dikenal sebagai Masjid Dara Ndekem, nama Baitunnur diberikan beberapa waktu kemudian.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Baitunnur juga menjadi tempat berkembangnya ilmu pengetahuan di kalangan mahasiswadan pelajar Blora. Melalui Himpunan Pengajian Remaja Islam Masjid Baitunnur Blora ( Himparisba ) sering dilaksanakan kegiatan ilmiah seperti bedah buku dan pelatihan kepemimpinan. Para Mahasiswa dari kampus V STAI Al Muhammad kerap melakukan diskusi setelah sholat asar dengan tema – tema sosial – pendidikan.

Reporter          : Djalu T. P ( dari berbagai sumber )

Fotografer        : Az Zulfa