Ngawen – Tiap nama desa memiliki banyak cerita, demikian pula dengan asal usul nama-nama dusun di Desa Bandungrojo, Ngawen. Meski cerita yang menjadi latar belakang asal nama dusun ini biasa dianggap sebagai legenda, namun tak sedikit orang yang mempercayai peristiwa itu benar-benar terjadi.
Kyai Musyafa’ (55), tokoh masyarakat dan imam di Masjid Baitul Huda Bandungrojo menjelaskan asal – usul nama 4 dari 5 dusun di Desa Bandungrojo Ngawen.
“Di Bandungrojo ada lima dusun, yaitu Bandungrojo, Karangrowo, Papringan, Watumiring dan Sanggrahan. Dusun Bandungrojo berasal dari kata Bandung dan Rojo. Bandung artinya Ibu, dulu di kawasan ini dipercaya dipimpin oleh seorang wanita, kerajaan ini menggunakan sistem matrilineal. Dari kebiasaan menurunkan tahta kepada wanita inilah nama Bandungrojo bermula,” kata Kyai Musyafa’ mengawali penjelasannya.
Sedangkan nama Dusun Karangrowo, diambil dari banyaknya rawa di daerah ini pada masa lalu. Ketersediaan air yang melimpah membuat Dusun Karangrowo menjadi kawasan yang paling cepat masa tanam dan masa panen padinya. Karangrowo berasal dari kata Karan dan Rowo.
Berbeda lagi dengan asal usul nama Dusun Watumiring. Di tempat ini dulu terdapat batu yang miring, akibat pertarungan antara Prabu Anglingdharma dengan musuh-musuhnya.
Sedangkan, Dusun Papringan berasal dari kata pring yang berarti bambu. Dari dulu sampai sekarang, banyak pengrajin anyaman bambu yang mengambil bahan baku di Dusun Papringan Desa Bandungrojo Ngawen. Kyai Musyafa’ mengaku tidak mengetahui asal usul nama Dusun Sanggrahan.
“Wah, kalau Sanggrahan saya tidak tau,” jujur Kyai Musyafa’.
Reporter : Habibi