Kota ( 18/04/2016 ) Alun – alun dalam tata kota tradisional nusantara merupakan lapangan luas yang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan kota. Secara umum, di pusat kota akan terdapat tiga tempat utama, yaitu Pendopo Bupati sebagai pusat pemerintahan, Masjid Agung sebagai pusat kegiatan keagamaan dan Alun – alun sebagai pusat interaksi masyarakat kota. Di Kabupaten Blora, kaidah tata kota nusantara ini dilestarikan dengan keberadaan Masjid Agung Baitunnur di dekat Pendopo Bupati Blora dan Alun – Alun Blora.
Pada jaman dahulu, alun – alun berfungsi sebagai tempat latihan para prajurit perang untuk latihan pertempuran ( Gladhi Yudha ), tempat disampaikannya titah Raja kepada masyarakat luas dan tempat hiburan. Hiburan di alun – alun yang sering diselenggarakan adalah Rampogan Macan, yaitu pertarungan macan melawan para prajurit yang disaksikan oleh khalayak ramai. Tentu saja, Rampogan Macan tidak lagi dapat kita jumpai saat ini. Karena pentingnya kegunaan alun – alun bagi warga kota, maka pengelolaannya mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Di Kabupaten Blora perawatan alun – alun Blora dilakukan oleh para pekerja kebersihan yang membersihkannya setiap hari.
Pasukan Kuning ( pekerja kebersihan ) mulai bekerja sebelum jam kerja normal dimulai. Semuai sisi alun – alun dibersihkan, dari Wringin Kurung yang berada di tengah alun – alun Blora sampai hamparan rerumputan di tepi alun – alun Blora. Sehingga, di pagi hari para penduduk kota dapat menyaksikan alun – alun kebanggaannya dalam keadaan bersih dan terawat. Di jam belajar olahraga, beberapa sekolah yang terletak tidak jauh dari alun – alun Blora menggunakan tempat itu sebagai tempat berolahraga.
Dalam banyak agenda hiburan yang diselenggarakan di kota Blora, beberapa acara diselenggarakan di alun – alun Blora. Hal ini, menunjukkan bahwa alun – alun Blora merupakan pilihan pertama dalam penyelenggaraan kegiatan hiburan dengan penonton yang banyak. Tak jarang, pengunjung alun – alun Blora akan mendapati persiapan kegiatan hiburan yang tengah dilakukan oleh penyelenggara.
Tepat di tengah alun – alun Blora terdapat pohon Wringin Kurung. Wringin Kurung merupakan pohon beringin yang merupakan simbol alun – alun Blora. Menurut beberapa narasumber Bloranews.com, Wringin kurung yang berada di alun – alun Blora berasal dari desa Japah Kecamatan Japah. Alkisah, ada serombongan bangsawan akan menuju Kota Blora dengan mengendarai cikar ( kereta yang ditarik dua ekor sapi ). Dalam perjalanan, roda cikar tersebut tersangkut dua akar pohon beringin muda. Rombongan bangsawan tersebut pun berusaha menarik roda cikar, namun sekalipun segenap tenaga telah dikerahkan usaha tersebut tidak berhasil.
Singkat cerita, lewatlah seorang pendeta yang kemudian membantu menarik roda cikar tersebut. Dengan bantuan sang Pendeta, roda cikar tersebut berhasil ditarik. Kemudian, dua beringin muda tersebut dicabut untuk ditanam kembali di Blora. Satu pohon ditanam di depan Pendopo Bupati Blora, dan satu pohon lainnya ditanam di tengah alun – alun Blora. Sejauh ini, belum ditemukan catatan – catatan ilmiah tentang pohon Wringin Kurung di alun – alun Blora. Sumber cerita di atas adalah tutur lisan masyarakat yang diwariskan secara turun – menurun.
Bersebelahan dengan alun – alun Blora terdapat bangunan untuk memamerkan fosil gajah purba yang ditemukan di desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan. Menurut informasi yang diterima Bloranews.com, fosil gajah purba Mendenrejo tersebut merupakan fosil gajah purba paling lengkap yang pernah ditemukan.
Belum lengkap kunjungan anda ke kota Blora jika belum mengunjungi alun – alun Blora. Di sana, anda dapat melihat megahnya Pendopo Bupati Blora dan lengkapnya fosil Gajah Purba.
Reporter : Djalu T.P
Fotografer : Az Zulfa