Todanan- Salah satu dampak Pandemi covid-19 pada dunia pendidikan adalah ditiadakannya belajar tatap muka untuk menekan penularan virus, Kebijakan tersebut memunculkan persoalan seperti yang dialami SMPN 1 Todanan Kecamatan Todanan, Blora.
“Sejak diterapkan pembelajaran daring, banyak kendala yang kami alami baik di internal sekolah maupun dengan para siswa,” ujar Yeni Kurniawati, guru Bidang Kurikulum SMPN 1 Todanan, Kamis (25/3).
Pemerintah memberikan bantuan berupa kuota internet gratis kepada para guru dan siswa. Namun di lapangan, tidak mudah dalam pelaksanaannya.
“Siswa kami kebanyakan anak orang desa, untuk mendapatkan bantuan kuota internet harus mendaftarkan nomor ponsel yang aktif. Para siswa sudah kami beri tahu berkali-kali, tapi namanya juga anak-anak, nomor ponsel asal bisa digunakan untuk whatsapp-an dianggapnya aktif. Padahal kan beda,” tambahnya.
Dirinya menambahkan, para guru sudah beberapa kali meminta sekolah untuk memberikan nomor ponsel yang aktif. Tapi, sekitar 200 siswa memberikan nomor ponsel yang sudah tidak aktif dari total 662 siswa.
“Bahkan, kepala sekolah sampai ditelfon pihak provider telepon seluler dan menanyakan keaktifan nomor yang dikirim. Sehingga kami diburu tugas lagi untuk mengumpulkan nomor ponsel para siswa untuk didaftarkan agar bisa mendapatkan bantuan yang dipakai untuk pembelajaran daring,” jelasnya.
Tak hanya itu, beberapa siswa pun memilih untuk putus sekolah atas desakan orang tua karena menilai di sekolah tidak ada belajar mengajar.
“Sejak pemberlakuan pembelajaran daring, sudah 9 siswa yang memilih putus sekolah. Alasannya ada yang merantau ikut orang tuanya, menikah, ikut anak jalanan, dan masuk ke pondok pesantren,” ungkapnya.
Selain 9 siswa tersebut, lanjutnya, masih ada satu siswa lagi yang terindikasi mau putus sekolah. Namun, dia berusaha meyakinkan siswa tersebut untuk tetap melanjutkan sekolah.
“Anak ini saya beri tugas mid semester, tapi tidak mau mengerjakan. Alasannya, pasti akan naik kelas dan lulus karena melihat teman kakak kelasnya seperti itu, tahunya langsung lulus. Tapi saya bujuk agar tetap mau sekolah. Kalau besok Sabtu masih masuk, berarti masih mau melanjutkan sekolah. Kalau tidak ya, putus sekolah,” pungkasnya. (Jay)