Temengeng ( 03/02/2016 ) Di awal abad dua puluh silam, Kabupaten Blora telah memiliki moda transportasi yang sangat maju pada jamannya, Kereta Uap. Dijalankan dengan merebus air melalui ketel uap yang terdapat pada bagian lokomotif kereta. Melaju cukup cepat pada masa itu, kecepatan optimalnya adalah dua puluh kilometer per jam. Saat ini, salah satu kereta yang tersisa adalah Lokomotif Kuno buatan pabrik kereta api jerman, Berliner Macshinenbaun. Pada bagian lokomotif tercatat tahun pembuatannya, tahun yang sama dengan sumpah pemuda yang diperingati setiap tahun, 1928.
Berwisata dengan Lokomotif Kuno ini, dimulai dari Kantor Perhutani KPH Cepu, jalan Sorogo nomor 2 Cepu. Kira – kira tiga puluh lima kilometer sebelah tenggara kota Blora. Dari kantor inilah Lokomotif Tua ini memulai perjalanannya, kayu – kayu bakar mulai dinyalakan untuk menghasilkan uap yang merupakan energi pendorong yang menggerakkan mesin – mesin kereta.
Dari Kantor KPH Cepu, Lokomotif Tua melaju melintasi hutan jati wilayah BKPH Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo, Cabak dan berakhir di BKPH Nglebur Kecamatan Jiken. Rute ini membentang lebih dari tiga puluh kilometer, dengan kecepatan maksimal Lokomotif Tua anda dapat menikmati kesegaran udara hutan dan suara – suara satwa liar yang jarang anda jumpai di kota.
Selain suasana alam yang masih asri, dalam perjalanan anda akan menjumpai benyak penambangan minyak tradisional yang dikelola sejak jaman kolonial. Tambang minyak ini berupa sumur tua dengan kedalaman yang bervariasi, sayangnya anda hanya melihat tambang minyak itu sekilas saja selama Lokomotif Tua melaju.
Para penikmat wisata Lokomotif Tua ini sebagian besar adalah turis mancanegara. Biaya operasional yang tinggi tidak menghalangi para turis untuk mengikuti paket wisata ini. Maklum saja, perancang dan perintis moda transportasi ini adalah para pegawai kolonial Hindia – Belanda yang bekerja di tanah air kita. Mungkin saja, para wisatawan mancanegara ini menginginkan nostalgia dengan peninggalan leluhurnya. Untuk sebuah paket wisata dengan menggunakan Lokomotif Tua ini, pengelola mengeluarkan biaya operasional sebesar enam sampai sepuluh juta rupiah.
Ketika pengunjung telah sampai di perhentian Gubug Payung, Lokomotif Tua akan berhenti dan pengunjung akan dipersilahkan untuk menikmati suasana alam di tempat ini. Lokasi istirahat terletak sejauh tiga ratus meter dari perhentian Lokomotif Tua. Di Lokasi istirahat pengunjung dapat duduk – duduk di tempat yang telah disediakan oleh pengelola sambil menikmati bekal yang dibawa.
Terdapat dua belas tempat beristirahat, masing masing dilengkapi dengan delapan tempat duduk yang dibuat secara permanen. Jika pengunjung menginginkan berbaring beberapa saat sambil menunggu perjalanan berlanjut, pengunjung dapat menggelar tikar di bangsal yang terletak dalam satu area di lokasi istirahat.
Untuk melihat suasana alam dari ketinggian, Pengelola Gubug Payung mneyediakan gardu pandang tidak jauh dari lokasi Perhentian Lokomotif Tua. Dengan tinggi lima meter, pengunjung memiliki jangkauan pandangan yang lebih luas. Berbeda dengan gardu pandang yang biasa dijumpai, gardu pandang di Gubug Payung dibangun dengan kontruksi kayu jati, seolah menegaskan bahwa Blora memiliki kayu jati dengan kualitas yang terbaik.
Jika anda berminat mengunjungi Gubug Payung, disarankan untuk membawa bekal yang cukup dan air mineral. Di lokasi Gubug Payung tidak terdapat penjual makanan, dan jangan lupa membawa lotion anti nyamuk agar perjalanan anda semakin menyenangkan.
Reporter : Bagas Ardiansyah (dari berbagai sumber)
Fotografer : Aliph Bengkong