Pertanian organik menjadi salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kualitas dan keberlanjutan pertanian di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Blora. Namun, penerapan sistem ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan studi kasus internasional, seperti kegagalan penerapan pertanian organik di Sri Lanka.
Sri Lanka pernah mencoba beralih sepenuhnya ke pertanian organik pada tahun 2021, dengan melarang impor dan penggunaan pupuk serta pestisida sintetis. Langkah drastis ini diambil tanpa persiapan yang memadai, baik dari segi pengetahuan, infrastruktur, maupun dukungan teknis kepada para petani.
Dampak dari kebijakan ini, Menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), produksi padi di Sri Lanka turun hingga 20%, sementara produksi teh, salah satu komoditas utama negara tersebut, menurun sekitar 40%.
Penurunan produksi menyebabkan kelangkaan pangan dan peningkatan harga, yang memperburuk kondisi ekonomi masyarakat.
Akhirnya, pemerintah Sri Lanka terpaksa mencabut larangan tersebut dan kembali mengizinkan penggunaan pupuk kimia untuk mengatasi krisis pangan.
Dengan melihat kegagalan Sri Lanka, Kabupaten Blora dapat belajar beberapa hal penting untuk mengimplementasikan pertanian organik secara bertahap dan berkelanjutan.
Blora perlu menerapkan pertanian organik secara bertahap. Dimulai dengan lahan percobaan dan bertahap diperluas sesuai dengan hasil yang didapat.
Menyediakan pelatihan dan edukasi bagi para petani tentang teknik pertanian organik. Petani perlu dilengkapi dengan pengetahuan tentang kompos, pestisida organik, dan rotasi tanaman untuk mempertahankan kesuburan tanah.
Tak kalah penting, Pemerintah daerah perlu memastikan dukungan infrastruktur yang memadai, seperti fasilitas untuk produksi kompos dan akses ke pasar yang mendukung produk organik, jangan sampai produk pertanian organik kesulutan dalam halnpenjualan.
Mengajak kolaborasi dengan universitas dan lembaga penelitian pertanian untuk mendampingi proses transisi ini. Dengan demikian, setiap langkah dapat didasarkan pada penelitian ilmiah dan pengalaman praktis.
Mempromosikan produk pertanian organik dari Blora melalui kampanye pemasaran yang efektif dan memastikan produk tersebut mendapatkan sertifikasi organik yang diakui.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah beberapa data pendukung terkait pertanian di Blora dan potensi penerapan pertanian organik.
Menurut BPS Kabupaten Blora, total luas lahan pertanian di Blora mencapai sekitar 120.000 hektar, dengan sebagian besar digunakan untuk padi dan jagung.
Pada tahun 2022, produksi padi di Blora mencapai 450.000 ton, menjadikan padi sebagai salah satu komoditas utama.
Penerapan pertanian organik di Kabupaten Blora memiliki potensi besar untuk meningkatkan keberlanjutan dan kualitas pertanian. Namun, belajar dari kegagalan Sri Lanka, pendekatan yang hati-hati, terencana, dan berbasis ilmu pengetahuan sangatlah penting. Dengan langkah-langkah yang tepat, Blora dapat mengembangkan sistem pertanian organik yang sukses dan berkelanjutan, memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.
Penulis : Jaryoko, Jurnalis Bloranews.com, aktif dalam pendampingam masyarakat desa.
*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com.