Japah- Gaji kecil menjadi buruh di luar kota membuat Mbah Dul, warga desa Krocok kembali ke kampung halamannya. Di kampung dia memulai usaha pengolahan telur asin. Perlahan tapi pasti, usaha telur asin yang digelutinya kini membuat kondisi ekonominya mapan. Kini, beberapa peternak bebek dari desa-desa tetangga telah dibinanya.
Mbah Dul, sapaan akrab Abdul Rokhim (39) setiap hari memproduksi delapan ratus butir telur asin. Kendala permodalan membuat produksinya tidak bisa banyak. Telur ini dijual eceran di sejumlah warung di desanya bahkan di luar kecamatan Japah. Untuk memastikan bahan baku yang berkualitas, Mbah Dul membina sendiri peternak bebek di desa Trembul, Brengus, Tawangrejo dan Suren. Hasilnya, telur asin Mbah Dul sangat diminati konsumen karena kualitasnya.
“Saya membeli bahan baku dari peternak bebek binaan saya di desa-desa. Bahan baku ini kemudian saya olah tanpa bahan pengawet. Hanya dibungkus dengan adonan pengasinan dari tanah liat, disimpan delapan hari, dan terakhir direbus. Seperti membuat telur asin pada umumnya lah” kata Mbah Dul.
Menurut Mbah Dul, penentu utama kualitas rasa telur asin terletak pada proses pemilihan bahan baku. “Telur yang bagus akan menghasilkan telur asin yang bagian kuningnya berubah warna menjadi jingga cerah. Saat dimakan tidak berair, tidak amis dan rasa asinnya tidak menyengat” jelasnya.
Untuk setiap butir telur asin, Mbah Dul mematok harga 2100 rupiah. Tiap bulan, warga desa Krocok ini dapat meraup keuntungan bersih sampai enam juta rupiaj. Kini, dengan usahanya itu Mbah Dul dapat membangun rumahnya.
“Tidak perlu jauh-jauh ke Brebes untuk beli telur asin. di Krocok sekarang ada, dan pasti telurnya lebih segar” pungkas Mbah Dul [.]
Reporter : Sujaiz