Blora, BLORANEWS – Mendekati momentum hari kopi sedunia disebut juga hari kopi internasional atau International Coffe Day (ICD) 2022, Setara Coffe and Book mengadakan diskusi kopi dengan tema, “Aku, Kopi dan Kamu”. Membedah sejarah kopi Blora dan budaya yang terbentuk.
Agenda yang diselenggarakan secara kolaborasi komunitas literasi, kopi dan beberapa komunitas lainnya pada Sabtu (17/9) malam di Depan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Blora ini, ada tiga pemantik, yaitu dari Budayawan Totok Supriyanto, pegiat literasi Sutiyono Sajad serta praktisi dan penikmat kopi Blora Adhi Ardhiansyah.
Pengelola Setara Coffe and Book, Agung Ariyanto menjelaskan alasan membuat acara tersebut. Menurutnya, ngopi telah menjadi sebuah budaya. Kopi diterima banyak kalangan. Menjadi inspirasi berbagai hal.
“Istilah ‘ayo ngopi’ menjadi budaya. Padahal belum tentu minum kopi. Orang zaman dulu itu menjadikan warung kopi sebagai tempat berkumpulnya rakyat kecil. Bagi mereka pertemuan adalah kabar, saling tukar informasi,” ucapnya.
Ia berharap Blora bisa berkembang melalui budaya. Pihaknya ingin mengangkat potensi kopi Blora. Salah satunya ialah kopi kothok. Orang Blora dirasa banyak penikmat akan kopi.
“Harapan saya banyak sekali, salah satunya ingin mengangkat kopi Blora. Kopi kothok menjadi budaya kita. Jika mendengar kata Blora yang terlintas pada bayangan kita adalah kopi kothok,” terang Agung yang juga pegiat forum Taman Baca Masyarakat (TBM) Blora.
Hari kopi internasional merupakan perayaan tahunan yang dirayakan pada tanggal yang berbeda-beda di setiap negara untuk merayakan kenikmatan minuman kopi sekaligus meningkatkan kepedulian terhadap petani kopi. Hari Kopi pertama kali diperingati pada tanggal 1 Oktober 2015 oleh Organisasi Kopi Internasional di Milan.
“Kopi kotok belum diakui dunia dengan teknik sedunya. Kalau teman-teman bisa menarasikan mungkin teknik seduh dari Blora bisa mendunia,” ucap salah seorang pemantik, Adhi Ardhiansyah juga merupakan pemilik Kedai Wilis Blora. (Jam).