Kota ( 18 / 12 / 2015 ) Musim penghujan telah tiba, cuaca yang mendung membuat kita malas keluar rumah. Tidak ada yang lebih diharapkan pada musim seperti ini melebihi makanan panas, jaket baru dan bercengkrama bersama keluarga. Di Blora, nasi pecel pada musim seperti ini menjadi terasa lebih spesial. Bayangkan saja, nasi putih dipenuhi dengan racikan sayuran dan disiram sambal kacang. Membayangkan saja membuat air liur kita menetes. Nasi pecel blora, bagi para wisatawan yang berkunjung merupakan salah satu pilihan menu untuk sarapan. Tentu saja, tidak lengkap menyantap nasi pecel Blora tanpa ditemani dengan kripik tempe Blora yang melegenda. Sarapan yang penuh gizi untuk mengawali hari.
Kenikmatan nasi pecel Blora, semakin maksimal jika kita memakannya dengan wadah daun jati. Aroma khas daun jati semakin menambah kenikmatan nasi pecel Blora. Hampir di semua kecamatan di Blora memiliki formula resep untuk membuat nasi pecel yang lezat. Dari cepu, sampai todanan memiliki gaya masak dan penyajian yang berbeda – beda. Namun, di balik perbedaan tersebut, semuanya setuju bahwa nasi pecel dengan sensasi paling lezat adalah nasi pecel yang dimakan dengan wadah daun jati, warga Blora menamakan wadah tersebut dengan pincuk, sebuah nama yang unik.
Tidak sulit mencari daun jati di Blora. Blora adalah kota Jati, yang mana empat puluh persen wilayah Blora adalah hutan jati. Namun, menjadi penyedia daun jati untuk kebutuhan wadah nasi pecel bukanlah pekerjaan populer di Blora. Dibutuhkan kedisiplinan tinggi yang disertai dengan ketelitian supaya daun jati yang dikumpulkan adalah daun jati yang bermutu dan berkualitas. Kriteria daun jati yang bermutu adalah daun jati yang sedang, tidak terlalu kecil atau terlalu lebar, kuat, dan utuh. Daun jati yang bermutu sangat mempengaruhi rasa dari nasi pecel yang akan disajikan.
Mbah Suratmi ( 43 ) adalah salah satu dari belasan penyedia daun jati untuk kepentingan wadah nasi pecel. Perjalanan daun jati dimulai pada tengah hari, ketika Mbah Suratmi dan suami memetiknya dari pohon jati di huta Polsewu Kecamatan Tunjungan. Sampai di rumah, nenek dua cucu ini memilih daun – daun jati yang berkualitas. Setelah daun jati disortir, selanjutnya adalah menata daun jati menjadi gelondongan – gelondongan daun jati yang siap didistribusikan kepada para penjual nasi pecel. Selain didistribusikan kepada penjual nasi pecel, Mbah Suratmi juga menjajakan daun jati di pasar Blora setiap pagi.
Setiap pagi, Mbah Suratmi dan suami berangkat menuju pasar Blora pada saat kebanyakan warga Blora sedang terlelap tidur, pukul dua dini hari. Dengan harga 20 ribu tiap satu ikatan besarnya, setiap pagi mbah Suratmi bisa memperoleh penghasilan sekitar seratus sampai seratus dua puluh ribu rupiah. Tidak banyak memang, namun mbah Suratmi sangat menikmati rutinitas hariannya itu.
Mbah Suratmi biasa menjajakan daun – daun jati berkualitasnya di bawah jembatan layang pasar blora, ditemani suami tercinta Mbah Suratmi menunggu pelanggan sampai fajar menjelang. Bagi Mbah Suratmi, menikmati hari tua dengan menjual daun jati adalah sebuah kepuasan hidup.
Jika anda seorang penikmat nasi pecel Blora, pastikan anda menikmati nasi pecel dengan daun jati yang berkualitas. Daun jati yang menambah nikmatnya aroma nasi pecel di pagi hari, dan bisa jadi anda suatu saat akan menikmatinya dengan daun jati hasil jerih payah Mbah Suratmi.
Reporter : Anita Retno Utami ( anitaretnou@gmail.com )
Fotografer : Aliph Bengkong