Sambong, BLORANEWS – Aktivitas pusat pengembangan ayam joper di Desa Brabowan, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora tidak bertahan lama. Desember 2018 diresmikan, 2020 sudah mangkrak, tidak produksi.
Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), Suluh Jatmiko menjelaskan, pengelolaan didampingi oleh Tim Pengelola Kegiatan Kemitraan (TPKK) mulai perencanaan sampai pelaksanaan. Ia menilai, kandang mangkrak terjadi karena pandemi.
“Awal tahun 2020 terjadi pandemi Covid 19, sehingga ekonomi terganggu karena ada batasan kegiatan. Demikian pula harga jual ayam dan permintaan DOC berkurang sehingga mengakibatkan biaya produksi tidak mampu dipenuhi,” jelasnya, Selasa (7/6).
Menurutnya, tahun 2019 TPKK telah berhasil mengelola kandang produksi petelur untuk ditetaskan menjadi DOC atau anak ayam. Peternak pun seharusnya bisa mengelola kandang, namun terjadinya pandemi, permintaan pasar menurun mengakibatkan usaha tidak mampu berkembang.
“Karena sarana masih ada semua. Dari pihak pemdes bisa penyertaan modal ke bumdes. Skala kecil dahulu, yang penting proses produksinya bisa berkelanjutan. Sambil melihat peluang pasar. Kemudian pendataan kembali peternak yang siap bermitra dengan bumdes,” imbuhnya.
Diketahui, Pembangunan pusat pengembangan ayam joper di desa ini dibiayai oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) melalui program PIID-PEL (Pilot Inkubasi Inovasi Desa – Pengembangan Ekonomi Lokal) sebesar Rp 1,4 milyar dari APBN tahun 2018.
Dibangun pada lahan desa seluas 5000 meter persegi, kawasan ini akan terdiri atas unit inseminasi, unit peternakan joper, unit pembuat pakan, unit pengelola hasil panen, pengemasan karkas, fasilitasi inkubasi dan operasional.
Tak hanya itu, di lokasi yang sama juga dibangun kandang ayam, rumah tetas, dan tempat pembuatan pakan ternak. Saat ini sudah tidak ada ayam yang dikelola, namun semua aset menjadi milik Mumdes. (Sub).