Blora- Seperti halnya di daerah lain di Jawa Tengah, di Blora berkembang pegelaran sandiwara rakyat, ketoprak. Sekalipun harus bersaing dengan berbagai pertunjukan modern, ketoprak tetap mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Salah satu grup ketoprak yang masih memiliki banyak penggemar di Blora adalah Mustiko Budoyo dari desa Tempuran, Blora.
(Baca : MUSTIKO BUDOYO : TAHUN DUDA SEPI JADWAL PENTAS)
Pandi, ketua grup ketoprak Mustiko Budoyo menceritakan awal mula berdirinya grup ketoprak legendaris Blora ini.
“Mustiko Budoyo berdiri tahun 1976, pendirinya adalah Pak Tamin. Sampai sekarang ketua grup ketoprak ini sudah berganti-ganti sebanyak 5 kali. Saya adalah ketua kelima dan sudah memimpin selama dua puluh tahun” cerita Pandi.
Pada awal mula berdirinya, Mustiko Budoyo hanya menerima anggota laki-laki. Perempuan hanya boleh mengisi sebagai sinden, dan bukan pemeran dalam sebuah pentas.
“Jadi kalau ada adegan yang ada perempuannya, kita merias laki-laki sebagai perempuan. Ya mereka harus memakai sanggul dan busana wanita. Selain para sinden, semua anggota Mustiko Budoyo saat itu adalah laki-laki” kenang Pandi. Kini Mustiko Budoyo menerima anggota laki-laki dan perempuan, jumlah seluruh kru grup ketoprak dari desa Tempuran Blora ini sekarang 80 orang.
(Baca : KETOPRAK BLORA : MUSTIKO BUDOYO, RIWAYATMU KINI)
Selain memiliki agenda pentas di Blora, Mustiko Budoyo kerap diundang ke luar daerah untuk menampilkan aksi pentasnya.
“Selain manggung di Blora, kita juga sering diundang ke Rembang, Pati, Grobogan, Sragen. Di jawa timur kita sering manggung ke Bojonegoro, Ngawi dan Tuban” tutur Pandi. “Dalam beberapa kesempatan, kita menampilkan lakon khas Blora seperti Penangsang Golek Wahyu dan Ronggo Romo. Ini supaya cerita sejarah Blora dapat dinikmati oleh penonton dari luar Blora” pungkasnya [.]
Reporter : Jack Priyanto