Khalayak sering kali mengasumsikan politik sebatas sistem kepartaian yang berebut kekuasaan. Sehingga stigma yang tertanam ialah politik tidak lebih dari arena kotor yang didalamnya didominasi tindak-tanduk yang korup.
Deskripsi di atas bisa saja benar, jika kita menilainya dari perspektif politik kekuasaan/politik praktis. Namun akan menjadi salah jika kita mengkaji dari perspektif kesejarahan.
Merespon dilema tersebut, Prof. Ramlan Surbakti dalam karyanya, Memahami Ilmu Politik, mencoba menyajikan pandangan yang dibagi menjadi 5 faham.
1. Faham Klasik
Dalam faham ini, politik dipandang sebagai usaha bersama untuk mewujudkan kebaikan bersama. Plato sebagai tokoh utama menganggap politik harus berorientasi pada kemaslahatan bersama, yakni berupa kesejahteraan, keadilan dan keselamatan.
Jadi, jika yang diciptakan politik berupa kesenjangan, kedzaliman dan penindasan, berarti ada keterputusan sejarah. Dimana ada pengingkaran terhadap cita-cita mulia politik terdahulu.
2. Faham kelembagaan
Pada kategori ini, politik lebih dipahami secara birokratis, yakni tentang penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Seperti pengelolaan, pembuatan kebijakan, management, dst.
3. Faham Kekuasaan
Faham ketiga inilah yang sering diasumsikan khalayak, yakni kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa politik identik dengan kekuasaan. Secara riil, mayoritas orang berpartisipasi diarena politik dengan tujuan merebut kekuasaan. Hingga pada akhirnya melupakan tujuan utama dari politik itu sendiri.
4. Faham Fungsional
Politik adalah segala bentuk kegiatan yang berurusan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, begitulah faham fungsional mengartikan politik.
Jadi, makna politik pada kategori ini lebih berkaitan dengan sistem dan fungsi. Seperti, perumusan kebijakan, metode perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan.
5. Faham Konflik
Ketika pada faham ketiga kita menganggap politik berorientasi pada kekuasaan, makan faham ini adalah kejadian yang ada pada perjalanannya.
Dalam proses perebutan kekuasaan, niscaya akan menimbulkan kontradiksi-kontradiksi yang tak terhindarkan. Sehingga konflik rawan terjadi dalam arena politik. Jadi bisa dikatakan, konflik adalah komponen utama dalam politik kekuasaan. (kin).